Wednesday, October 18, 2017

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA ROSULULLOH



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat Islam. Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad Saw.. melalui berbagai macam cobaan dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban Islam kearah yang lebih maju.

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT. yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Mekah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit.

Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasan mereka lakukan. Merasa terancan, Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad beserta kaum muslim lainnya untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.

B.       Rumusan Masalah

1.        Bagaimana bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Mekah?
2.        Bagaimana bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Madinah?

C.      Tujuan Makalah

1.        Untuk mengetahui bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Mekah.
2.        Untuk mengetahui bentuk peradaban Islam pada Masa Rasulullah periode Madinah.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Bentuk Peradaban Islam pada Masa Rasulullah SAW periode Mekah

Secara geografis, kota Mekah terbagi menjadi dua bagian. Pertama, mulai dari Masjidil Haram hingga ke arah timur disebut ma’lah (bagian atas) dan kedua, mulai dari Masjidil Haram hingga ke arah barat dan selatan disebut masfalah (bagian bawah). Rasulullah termasuk penduduk ma’lah. Beliau dilahirkan dan bermukim disana, dalam hal ini tidak didapati komentar dari orang-orang musyakik dan orang-orang yang membuang riwayat syadz (kontroversial). Disanalah Beliau lahir, berkembang dan hidup hingga kenabian Beliau lalu menghabiskan separuh kenabiannya, dan sampai Beliau hijrah.

Secara garis beras, periode Mekah dalam kebijakan dakwah yang diterapkan Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan kepemimpinannya (mengingat sifat/karakter yang dimiliki kaum Quraisy), bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan atau permasalahan sosial (egalitarisme) lebih tepat dibandingkan dengan aspek kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.

Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad Saw. mulai berdakwah mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, mengingat sosial-politik pada waktu itu belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Nabi mengajarkan kepada istrinya khadijah unutk beriman kepada Allah, kemudian di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa orang lainnya, mereka semua disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang pertama masuk Islam.[3] Perjuangan dakwah ini dilakukan secara rahasia yang berpusat di rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam (karena letaknya yang tersembunyi dan cukup aman). Dakwah yang bersifat individu ini berjalan selama lebih kurang tiga tahun. Kemudian turunlah perintah kepada Nabi Saw.. untuk menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan dan menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka.Seperti dalam kalam Allah Swt. yang berbunyi :

Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu)”. QS. Al-Hijr : 94-95.

Artinya : “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” QS. Asy-Syura’ : 214.

Ketika gerakan Nabi Muhammad Saw. makin meluas, jumlah pengikutnya bertambah banyak dan seruannya semakin tegas dan lantang, bahkan secara terang-terangan mengecam agama berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja-muja berhala itu. Kaum musyrikin Quraisy terkejut dan marah karena agama mereka pada saat itu dikecam. Mereka bangkit menentang dakwah Nabi Muhammad Saw. dan dengan berbagai macam cara berusaha menghalang-halanginya. Kebencian musyrikin Quraisy terhadap Nabi Muhammad Saw. makin meningkat manakala mereka menyaksikan penganut Islam terus bertambah. Mereka menghina dan mencaci Nabi dan para pengikutnya. Tidak hanya penghinaan yang ditimpakan kepada Nabi Muhammad Saw. melainkan juga rencana pembunuhan yang disusun oleh Abu Sufyan.

Menurut Syalabi dalam Zuhairini (1977:31-32) ada lima faktor yang menyebabkan orang-orang kafir Quraisy berusaha menghalangi dakwah Islam yaitu :
1.        Orang kafir Quraisy tidak dapat membedakan antara keNabian dan kekuasaan. Mereka menganggap bahwa tunduk pada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan bani Abdul Muthallib.
2.        Nabi Muhammad SAW. menyerukan persamaan antara bangSaw.an dan hamba sahaya.
3.        Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima adanya hari kebangkitan kembali dan hari pembalasan di akhirat.
4.        Taklid pada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab.
5.        Pemahat dan penjual patung menganggap Islam sebagai penghalang rezeki mereka.

Kegagalan musyrikin Quraisy menghentikan dakwah Nabi Muhammad Saw.. dikarenakan Nabi Muhammad Saw. dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy agar Nabi menghentikan dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai Nabi karena perlindungan dari pamanya Abi Thalib yang sangat disegani dikalangan masyarakat saat itu. Para pengikut Nabi yang juga termasuk kalangan bangSaw.an terselamatkan dari siksa kaum Quraisy saat itu, dan bagi mereka yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum Quraisy saat itu. Nabi juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para pengikutnya mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari kaum Quraisy saat itu.
Sehingga kemudian Nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di wilayah lain (Thaif) dengan harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat alasan lainnya adalah untuk menghindari serangan dari pemuka-pemuka Quraisy saat itu. Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan untuk menyebarkan Islam di Thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat di Mekah. Di Thaif, Nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya Nabi memutuskan kembali ke Mekah. Sampai-sampai ketika Nabi berjalan kembali ke Mekah orang Thaif membuntuti Nabi sambil melemparinya dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Ternyata apa yang diharapkan dan perkirakan Nabi tidak terwujud dan ini semakin menyurutkan semangat Nabi, karena Nabi juga telah mengalami peristiwa yang cukup menyedihkan yaitu meninggalnya dua sosok penting dalam hidupnya yaitu pamanya Abu Thalib dan juga istrinya Khadijah.

Pada saat menghadapi ujian berat, Nabi Muhammad SAW. diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan malam dari Masjid al-Haram di Mekah ke Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian ke sidrah al-Muntaha. Di situlah Nabi Muhammad SAW. menerima syariat kewajiban mengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ini dikenal dengan Isra’ dan Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian. Isra dan Mi’raj di samping memperkuat iman dan memperkokoh batin Nabi Muhammad SAW. menghadapi ujian berat berkaitan dengan misi risalahnya, juga sebagai batu ujian bagi kaum muslimin apakah mereka mempercayai atau mengingkarinya. Bagi kaum musyrikin Quraisy, peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok Nabi muhammad SAW. dengan menuduhnya sebagai manusia yang berotak tidak waras.[4] Karena kaum musyrikin Quraisy memandang peristiwa tersebut melalui logika.
Setelah peristiwa ini dakwah Islam menemui kemajuan, sejumlah penduduk Yastrib datang ke Mekah untuk berhaji, mereka terdiri dari suku Khazraj dan Aus yang masuk Islam dalam tiga golongan : Pada tahun ke-10 keNabian. Hal ini berawal dari pertikaian antara suku Aus dan Khozroj, dimana mereka mendambakan suatu perdamaian. Pada tahun ke-12 keNabian. Delegasi Yastrib (10 orang suku Khozroj, 2 orang Aus serta seorang wanita) menemui Nabi disebuah tempat yang bernama Aqabah dan melakukan ikrar kesetiaan yang dinamakan perjanjian Aqabah pertama. Mereka kemudian berdakwah dengan ini di temani seorang utusan Nabi yaitu Mus’ab bin Umar. Pada musim haji berikutnya. Jama’ah haji Yastrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yastrib mereka meminta Nabi untuk pindah ke Yastrib, mereka berjanji untuk membelah Nabi, perjanjian ini kemudian dinamakan Perjanjian Bai’ah Aqabah II.

B.       Bentuk Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah SAW. Periode Madinah

1.        Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan
Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW..Yang paling dahsyat adalah perubahan sosial.Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab.Dalam tulisan Ahmad Al-Husairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu.Diantaranya sebagai berikut.
a.         Pembangunan Masjid Nabawi
Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti disuatu tempat maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid.Rasulullah ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut.Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya sendiri.Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis.Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma.Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid.Tatkala pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal.Sejak saat itulah, Yastrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau Madinah Al-Munawwarah.Kaum muslimin melakukan berbagai aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan.Tempat ini menjadi factor yang mempersatukan mereka.

b.        Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.
Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasar-dasarnya untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan persaudaraan (Ukhwah Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin, dan mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama bermusuhan dan bersaing. (Supriyadi,2008:63). Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan persaudaraan karena pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman. Terbukti apa yang dimiliki Anshar disediakan penuh untuk saudaranya Muhajirin. Sebagaimana firman Allah; dalam surat Al Hasyr [59] ayat 9. ( Subarman. 2008: 35). Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin.Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka.Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan.Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah. (Supriyadi,2008:63).

c.         Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin
Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian.Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi diantara golongan tersebut.
d. Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara diletakkan dasar-dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode ini untuk membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan dan tindakannya. Hidupla kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat diantara anggota masyarakatnya.Dengan demikian berarti bahwa inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah dengan asas-asasnya yang abadi.

Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad Saw., yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib dan maju, dan berperadaban; kedua, membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi.Disamping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan; ketiga Nabi Muhammad Saw. membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Yatsrib) dengan Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan Muhajirin di Yatsrib).Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad Saw. membentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, disamping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah; keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam; dan kelima Nabi Muhammad Saw. membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguna-gangguan yang dilakukan oleh musuh. ( Supriyadi. 2008: 64).

2.        Bidang Politik
Selanjutnya, Nabi Saw.. Merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh pendudukan Yatsrib, baik orang muslim maupun non muslim (Yahudi). Piagam inilah yang oleh Ibnu Hasyim disebut sebagai Undang-undang Dasar Negara Islam (Daulah Islamiyah) yang pertama.
a.         Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan politik. Adalah hak kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang patuh.
b.        Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara.
c.         Adalah kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin maupun bangsa Yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril atau materil. Semuanya dengan bahu membahu harus menangkis setiap serangan terhadap kota Madinah.

Rasulullah adalah kepala Negara bagi penduduk Madinah.Kepada Beliaulah segala perkara dibawa dan segala perselisihan yang besar diselesaikan.(Subarman, 2008:36).
Munawir Syadzali ( Mantan Menteri Agama RI) menyebutkan bahwa dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam piagam Madinah adalah: pertama, Umat Islam merupakan satu komunitas (ummat) meskipun berasal dari suku yang beragam; dan kedua, hubungan antara sesama anggota komunitas Islam, dan antara anggota komunitas islam dengan komunitas-komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip: (a) bertetangga baik, (b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, (c) membela mereka yang dianiaya, (d) saling menasehati, dan (e) menghormati kebebasan beragama. (Mubarok, 2005: 49).


3.        Bidang Militer
Peperangan yang terjadi pada masa Rasul membawa akibat perkembangan Islam dan kebudayaan Islam. Peperangan pada masa Rasul terdiri dari: Ghazwah; yaitu peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasul sendiri. Peperangan ini terjadi dua puluh tujuh kali. Syariah; yaitu peperangan yang dipimpin oleh para sahabat untuk memimpinnya, peperangan ini terjadi tiga puluh delapan kali.

Peperangan yang dilakukan Rasul mempunyai nilai dan arti bagi pembinaan ummat. Nilai dan arti yangterkandung antara lain:
a.         Gazwatu furqan; yaitu peperangan yang menentukan mana yang hak dan bathil, seperti Perang Badar. sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 41.
b.        “Dan ketahuilah, bahawa apa sahaja yang kamu dapati sebagai harta rampasan perang, maka sesungguhnya satu perlimanya (dibahagikan) untuk (jalan) Allah dan untuk RasulNya dan untuk kerabat (Rasulullah) dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin, serta ibnus-sabil (orang musafir yang keputusan), jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan oleh Kami (Allah) kepada hamba Kami (Muhammad) pada Hari Al-Furqan, iaitu hari bertemunya dua angkatan tentera (Islam dan kafir, di medan perang Badar) dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”.
c.         Adabiyah al-Hujum; yaitu peperangan untuk membela diri seperti perang Khandak.
d.        Untuk perdamaian; seperti perjanjian Hudaibiyah
e.         Kewaspadaan; seperti perang Mukt‘ah.
f.         Taktik menakut-nakuti; seperti Fathu Mekah.
g.        Penyiaran Agama Islam; seperti Perang Hunain.
h.        Konsolidasi, agar Negara menjadi bersatu dan kuat seperti Thaif.
i.          Pengabdian kepada Tuhan; seperti Perang Tabuk
Peperangan yang terjadi pada masa Nabi bertujuan untuk melindungi, mengamankan dakwah Islam dari gangguan orang-orang kafir, melindungi dan mempertahankan masyarakat / daulah Islamiyah, membentuk masyarakat yang Islami. (Subarman,2008: 37-38).

4.        Bidang Dakwah
Musuh-musuh Islam melontarkan tuduhan kepada umat Islam, bahwa Islam berkembang dibawah sinar mata pedang / kekerasan.Tuduhan yang demikian tidak berdasar kenyataan.

Dengan dakwah agama Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a.         Ajaran Islam simple, mudah, tidak memberatkan, tidak banyak tuntutan dan aturan.
b.        Prinsip-prinsip dari masyarakat Islam bersendikan ukhuwah Islamiyah.
c.         Islam tersiar luas dan cepat semata-mata karena Dakwah bi al-Hikmah dari Nabi dan para sahabat.

Jihad dalam Islam mempunyai fungsi dan kedudukan :
1.        Melindungi dan membela dakwah dari gangguan.
2.        Melindungi masyarakat Islam dankaum Muslimin.
3.        Merupakan tindakan pengamanan.

Lebih lanjut A. Hasym menyatakan bahwa jihad menurut Kebudayaan Islam adalah suatu tindakan pengamanan yang bertujuan perdamaian abadi dalam jangka waktu jauh.

Adapun Ruang Lingkup Dakwah Islamiyah tidak hanya untuk bangsa Arab atau hanya di jazirah Arab saja. Rasul diangkat sebagai rahmatan lil’alamin, maka dakwah adalah untuk seluruh umat di dunia. Terbukti sebagaimana yang telah dilakukan Rasul, setelah menata kehidupan Jazirah Arab secara Islami, Rasul menyeru kepada seluruh raja-raja, penguasa yang ada disekitar Jazirah Arab, dengan mengirim utusan yang membawa surat seruan mengikuti dakwah Islamiyah.

Menurut Tarikh Ibnu Hisyam dan Tarikh al-Thabari, surat-surat dari Nabi itu dikirim kepada:
a.         Heraclius, Kaisar Romawi, yang diantar oleh duta atau utusan dibawah pimpinan Dakhiyah ibn Khalifah al-Kalby al-Khazraji.
b.        Kisra Persi, yang dibawa oleh perutusan dibawah pimpinan Abdullah ibn Huzaifah al Sahmy.
c.         Negus, Maharaja Habsyah, yang diantar oleh perutusan dibawah pimpinan Umar Ibn Umayyah al-Dlamary.
d.        Maqauqis, Gubernur Jendral Romawi untuk wilayah Mesir, disampaikan oleh Khatib ibn Abi Baltaah al-Lakhmy.
e.         Hamzah ibn Ali al-Hanafi, Amir negri Yamamah, diantar perutusan dipimpin Sulaith ibn Amr al-Amiry.
f.         Al-Haris ibn Abi Syamr, Amir Ghassan, dibawa oleh Syuja’ibn Wahab.
g.        Al-Mundzir ibn Saw.y, Amir Ghassan, dibawa oleh Syuja’ibn Wahab.
h.        Duaputera al-Jalandy, Jifar dan Ibad, yang dibawa oleh Amr ibn Ash. (Subarman. 2008: 38-39).

4.        Sistem Ekonomi
Seperti di madinah merupakan negara yang baru terbentuk dengan kemampuan daya mobilitas yang sangat rendah dari sisi ekonomi. Oleh karena itu, peletakan dasar-dasar sistem keuangan negara yang di lakukan oleh Rasulullah Saw.. merupakan langkah yang sangat signifikan sekaligus berlian dan spektakuler pada masa itu, sehingga Islam sebagai sebuah agama dan negara dapat berkembang dengan pesat dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah Saw.. dari prinsip-prinsip Qur’ani. Al Quran yang merupakan sumber utama ajaran Islam telah menetapkan berbagai aturan sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia dalam aktivitas disetiap aspek kehidupannya, termasuk dibidang ekonomi.

Prinsip Islam yang paling mendasar adalah kekuasaan tertinggi hanya milik Allah semata dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Dalam pandangan Islam, kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan menjadi kehidupan ruhiyah dan jasmaniyah, melainkan sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan, bahkan setelah kehidupan dunia ini. Dengan kata lain, Islam tidak mengenal kehidupan yang hanya memikirkan materi duniawi tanpa memikirkan kehidupan akhirat.

 BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan

Dari pembahasan diatas dapat kami ambil kesimpulan bahwasannya peradaban Islam pada masa nabi Muhammad Saw terbagi menjadi dua fase (periode) yaitu Fase Mekah dan Madinah.

Pada fase Makkah lebih ditekankan hanya pada bidang Dakwah, karena ini adalah masa-masa awal kelahiran agama Islam. Dakwah yang dilakukan oleh Nabi pada Fase ini terbagi menjadi dua yaitu secara sembunyi-sembunyi dean secara terang-terangan. Meskipun dalam prosesnya Nabi sering mendapat gangguan dan perlakuan kasar dari kaum kafir Quraisy.

Setelah hijrah, pada fase Madinah ini ada beberapa bidang yang dikembangkan sebagai wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam diantaranya yaitu pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer, politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini Islam menjadi agama yang dipeluk oleh seluruh Jazirah Arab, sebagai tanda keberhasilan dakwah Nabi Muhammad Saw.

DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir. 2009, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers.

Atiq bin Ghaits Al-Biladi. 1995 , Keutamaan Kota Makkah, Bandung: Pustaka Hidayah

Dudung Abdurrahman et.al. 2002, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Fak. Adab

Harjo, Maguwo. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Bani Quraisy.

Subarman, Munir. 2008. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cirebon: Pangger Publishing.

0 comments: