Sunday, March 29, 2015

Buku Bisnis Online Milyaran

Buku Bisnis Online Milyaran

MAKALAH ILMU FILSAFAT DALAM ILMU KEPERAWATAN

MAKALAH ILMU FILSAFAT DALAM ILMU KEPERAWATAN
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah berkembang dalam berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat berperan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat dalam bidang keperawatan ini dapat dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu keperawatannya serta pelayanannya. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan saat ini di perguruan tinggi terutama dalam program pendidikan pasca sarjana magister keperawatan, filsafat telah banyak dimasukkan sebagai salah satu mata ajar yang harus ditempuh peserta didik.
Filsafat dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu dengan adanya filsafat akan didapatkan pengetahuan yang murni atau kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi kesembuhan pasien dengan didasarkan pada premis-premis pendukung hal tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis paper yang membahas tentang peranan filsafat dalam pendidikan dan keperawatan.
B.       TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tetang apa itu filsafat, peranannya dalam kehidupan, peranannya dalam pendidikan serta peranannya dalam ilmu keperawatan






BAB II
ISI
Sebelum kita membahas tentang filsafat dalam pendidikan dan filsafat dalam keperawatan, kita akan sedikit membahas dulu tentang filsafat dan perannya dalam kehidupan.
A.      FILSAFAT
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Sejarah perkembangan filsafat itu sendiri melalui lima tahapan yaitu :
1.    Filsafat Yunani Kuno
Dalam filsafat yunani kuno ini filsafat umum yang masih dominan tetapi agama juga masih berperan. Tokohnya antara lain : thales dan phytagoras
2.    Filsafat Yunani
Dalam filsafat ini menyatakan bahwa hakikat manusia tidak terlepas antara tubuh dan jiwa. Tokohnya adalah plato dan aristoteles
3.    Filsafat Abad Pertengahan
Dalam filsafat ini menyatakan bahwa agama sebagai kekuatan baru, filsuf berasal dari rohaniawan dan wahyu punya otoritas dalam menentukan kebenaran. Adapun tokohnya : santo anselmus, thomas aquinas, dan augustinus
4.    Filsafat Modern
Inti dari filsafat ini adalah sebagai era pembebasan terhadap jaman skolastik. Tokohnya antara lain : francis bacon, thomas hobbes, john locke dan voltaire
5.    Filsafat Posmodern
Inti dari filsafat ini adalah mendobrak sifat filsafat modern yang mengagungkan keuniversalitasan, kebenaran tunggal dan kebebasnilaian. Tokohnya adalah williams james, john dewey.
Filsafat sekarang ini mempunyai beberapa cabang antara lain epistemologi, etika, estetika, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah dan filsafat matematika.
B.       PERAN FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Pentingnya kita belajar filsafat adalah karena dalam sejarah filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat. Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang dianggap penting dalam periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran dalam suatu jaman atau diseluruh bagian dunia tertentu.
Secara garis besar manfaat atau peranan filsafat dalam kehidupan adalah sebagai berikut :

  1. 1.                Sebagai dasar dalam bertindak.
  2. 2.                Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
  3. 3.               Untuk mengurangi salah paham dan konflik
  4. 4.               Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
  5. 5.     Menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia,   tentang  hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.
  6. 6.    Mampu mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sedangkan filsafat sendiri bisa kita terapkan di negara kita yaitu di Indonesia, karena kita kaitkan peranan filsafat dengan lingkungan sosial dan budaya. Adapun peranan filsafat di Indonesia adalah sebagai berikut :

  1.     Bangsa indonesia terletak di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan  hanya hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai, dan norma-norma. Filsafat dapat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
  2. 2.    Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan-kebudayaan, tradisi-tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan evaluatif, kritis, dan refleksif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia.
  3. 3.    Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan pada khususnya pada lingkungan universitas-universitas dan lingkungan akademis.
  4. 4.    Menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakannya dialog diantara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur berdasarkan pancasila.

C.      FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa+logos = teori ), ontology ( teori tentang apa ).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan indrawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Disamping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
Inti sari dari filsafat ilmu terdiri dari kebenaran, fakta, logika, dan konfirmasi. Adapun ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu antara lain sebagai berikut:
1.    Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah
2.    Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya
3.  Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap : cara pandang manusia, hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut manusia, tempat tinggal manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakekatnya, logika dengan matematika, logika dan matematika dengan realitas yang ada
Sedangkan fungsi dari filsafat ilmu itu sendiri antara lain :
1.    Alat-alat untuk menulusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
2.    Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup
3.    Panduan tentang ajaran moral dan etika
4.    Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan
Sehingga dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting peranannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Tentu juga filsafat ilmu sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.
D.      FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN PERANANNYA
Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa terutama bangsa Indonesia. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Sehingga dalam dunia pendidikanpun tetap tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Filsafat pendidikan itu dapat menjelaskan nilai-nilai dan matlamat-matlamat yang diusahakan untuk mencapainya. Dengan ini maka filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan suatu unsur yang bersatu dan berpadu.
Dalam filsafat pendidikan sendiri ada tiga aliran yaitu filsafat pendidikan progresivisme, filsafat pendidikan essensialisme, dan perenialisme. Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan dan kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Filsafat pendidikan essensialisme didukung oleh idealisme dan realisme. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa. Menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Sedangkan menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Hal ini sedikit berbeda dengan filsafat pendidikan perenialisme. Filsafat ini hanya didukung oleh idealisme. Filsafat ini menyatakan bahwa program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal selain itu perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang Dosen/guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional dosen/guru. Setiap dosen/guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Filsafat pendidikan secara vital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para dosen/guru dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan. Sehingga terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya:
  1. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran
Komponen penting filsafat pendidikan seorang dosen/guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok dosen/guru. Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang sepontan, tidak berulang dan kreatif antara dosen/guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian dosen/guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.

  1. Keyakinan mengenai siswa
Akan berpengaruh besar pada bagaimana dosen/guru mengajar. Seperti apa siswa yang dosen/guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik dosen/guru. Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan dosen/guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Dosen/guru yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.

  1. Keyakinan mengenai pengetahuan
Berkaitan dengan bagaimana dosen/guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, dosen/guru akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.

  1. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui
Dosen/guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing dosen/guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.
Filsafat pendidikan mempunyai banyak peranan dalam pengembangan ilmu pendidikan. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara dosen dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang dosen perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Secara garis besar manfaat dan peranan filsafat pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
2.    Dapat membentuk asas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang umum dan yang khas.
3.    Menjadikan asas yang terbaik untuk penilain pendidikan dalam arti yang menyeluruh.
4.    Menjadi sandaran intelektual yang digunakan untuk membela tindakan-tindakan mereka dala bidang pendidikan dan pengajaran dalam melaksanakan falsafah.
5.   Akan menolong untuk memberikan pendalaman fikiran bagi pendidikan kita dan akan mengaitkannya dengan factor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, dan politik di negeri kita
E.       FILSAFAT DALAM KEPERAWATAN DAN PERANANNYA
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ), pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan )
Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat” dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan  teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep manusia yang unik.
Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.
Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut:
1.    Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.
2.  Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.
3. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien.
4. Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
1.  Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
2. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.
4. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
5.    Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices of nursing.
Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir atau peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis, nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses interaksi antar manusia.
Relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Filsafat keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.
Manfaat/peranan Filsafat dalam Ilmu Keperawatan
Dalam pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan antara lain adalah :
1.    Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka akan semakin sulit melaksanakan proses keperawatan
2. Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
3. Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi, pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang perawat
4.  Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu keperawatan
5. Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui pengalaman-pengalaman yang sudah ada
6. Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan tindakan itu secara benar
7.  Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif thinking tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien tersebut
BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Filsafat dalam keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting. Keperawatan sendiri bisa dilihat dari dua sudut yaitu tentang ilmu keperawatan itu sendiri dan tentang pendidikan keperawatan. Peran filsafat dalam pendidikan bagi dosen dalam perguruan tinggi yaitu supaya tahu bagaimana cara memperlakukan mahasiswanya, dosen mengetahui apa yang harus diberikan kepada mahasiswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan keperawatan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan keperawatan tersebut kepada mahasiswanya sehingga mahasiswanya bisa mengaplikasikannya. Sedangkan filsafat dalam keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respon mereka terhadap situasi. Manfaat filsafat dalam keperawatan salah satunya adalah mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan tentang dunia keperawatan itu adalah benar atau salah
B.       SARAN
Penerapan filsafat dalam pendidikan keperawatan masih belum merata sehingga diharapkan semua institusi pendidikan keperawatan menerapkan filsafat untuk masuk dalam kurikulum pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat A aziz alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC, salemba medika: Jakarta
Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1
Poedjiadi, A. 2008. Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan. Diposkan 15 Januari 2008. Diakses 26 November 2011. URL : http://www.education.com/filsafat
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung
Soemowinoto, S. 2008. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Hubungan Ilmu Agama Dalam Ilmu Kesehatan




Hubungan Ilmu Agama Dalam Ilmu Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah.
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekan)kan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian keperawatan dalam Islam?
2.      Apa pengertian keperawatan dalam (Kristen Protestan dan Katolik)?
3.      Apa pengertian keperawatan dalam Hindu?
4.      Apa pengertian keperawatan dalam Budha?
5.      Apa pengertian keperawatan dalam Kong Hu Cu?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian keperawatan dalam Islam?
2.      Untuk mengetahui pengertian keperawatan dalam Kristen (Protestan dan Katolik)?
3.      Untuk mengetahui pengertian keperawatan dalam Hindu?
4.      Untuk mengetahui pengertian keperawatan dalam Budha?
5.      Untuk mengetahui pengertian keperawatan dalam Kong Hu Cu?
1.4 Manfaat
1.    Mengetahui akan manfaat dari peran agama dalam keperawatan dari segi masinmg-masing agama.
2.    Bisa menerapakan peran-peran agama dalam keperawatan tersebut.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Pengertian
                  Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam sistem (ZaidinAli , 2002,).
                 Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
                Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman hidup mereka yang dianggap benar. Agama sangat menghargai seorang petugas kesehatan karena petugas ini adalah petugas Kemanusiaan yang sangat mulia.
    Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
    Saat ini institusi pendidikan keperawatan sedang menjamur, sebagian besar mengaku ingin mencetak tenaga siap pakai, terampil dan memiliki akhlak. Karena tujuannya termasuk mencetak tenaga keperawatan yang berakhlak maka mata kuliah agama tentu saja menjadi wajib mendapat perhatian. Hal ini tentu saja adalah hal yang baik, karena kita semua tentu tidak mau keperawatan diisi oleh orang-orang yang bermental rusak.
                  Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui dengan kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari mengajarkan agama pada mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai dalam kehidupan profesionalnya sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan pemecahannya.
                 Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah?
                  Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
Hak dan kewajiban perawat  dengan pasien
1.                                       Kewajiban petugas keperawatan
a)      Melaksanakan tugas sesuai dengan tugas sumpah jabatan
b)      Memberikan pelayanan dengan baik
c)      Menetapkan tariff yang terjangkau oleh masyarakat
d)     Mengusahakan keringanan biaya
e)      Melindungi pasien dari sasaran propaganda agama lain
2.                                       Hak petugas keperawatan
a)      Mendapatkan gaji dan honor
b)      Mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah setempat
c)      Mendapatkan perlindungan hukum
d)     Melindungi pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya.

2.2     Tujuan Keperawatan
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,    dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan. Pada peran ini perawat diharapkan mampu.
1.      Memberikan pelayaran keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
2.      Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan sugnifican dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
2.3 Konsep Agama dalam Keperawatan
1.      Peran Keperawatan dalam Islam
Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang – orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.
Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
"Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen
Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.
Tindakan medis dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
2.      Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha
Agama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas pelayanan perawat.
3.      Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu
                   Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia. Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.

 



BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Perspektif Keperawatan
 Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern. Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504). Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.
Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis dengan individu yang membutuhkannya.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja profesional dan tidak materialistis.
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.
Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.
3.2 Mulianya Profesi Perawat
Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan pengobatan.
 Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap warganegaranya.Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itu dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
 Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.
3.3 Kesiapan Mengabdi Masyarakat
Sekarang sejumlah akademi dan perguruan tinggi semakin banyak membina mahasiswanya yang berorientasi kepada profesi keperawatan. Kondisi ini tentu patut disambut gembira, sebab tenaga keperawatan di daerah kita, apalagi di perdesaan dan pedalaman masih sangat kurang.
 Pertama, hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi yang sebenarnya.
 Kedua, dalam menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi dengan kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang mungkin timbul. Seringnya mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini haruslah dijadikan pelajaran bagi segenap insan keperawatan, dokter dan paramedis, untuk lebih hati-hati dan cermat dalam melakukan pekerjaan. Agama menggariskan beberapa sikap waspada yang perlu direnungi bagi para perawat. Sayyid Sabiq mengatakan, dalam memberikan perawatan medis, hendaknya paramedis menjalankan tugas sesuai bidang keahliannya.
Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia, human development index (HDI), di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding bangsa-bangsa di dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah satu indikator kriteria yang digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas kesehatannya rendah tersebut berada pada level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini baru berobat atau terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh karenanya, para perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di masyarakat dapat dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik mencegah daripada mengobati.
3.4 Kaidah dan Etika 5 Agama di Indonesia yang Berhubungan dengan Kesehatan

       a. Islam
 Keinginan tersebut semakin menguat setelah penulis membaca buah pikir seorang intelektual terkemuka dan kontroversial asal Mesir, Hassan Hanafi yang menjelaskan, bahwa peradaban Barat yang kini berdiri kokoh memiliki dua sumber kesadaran yang disembunyikannya dan tak terekspos. Salah satu penyebab disembunyikannya sumber-sumber tak terekspos adalah rasialisme yang terpendam dalam kesadaran Barat. Rasialisme inilah yang menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang lain. Barat diklaim sebagai pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi pioner di dunia. Sikap rasial ini terlihat jelas dalam ideologi yang diusung oleh Barat beberapa dasawarsa yang lalu seperti nasionalisme, nazisme, fasisme, dan zionisme. Namun demikian, terungkaplah bahwa sumber-sumber kesadaran Barat berasal dari Cina (Nedham), India (Nakamura), Islam (Garaudy), dan Timur Lama (Toynbee) (Hassan Hanafi, 2000).
Selama seribu tahun, peradaban Islam telah membentang dari Andalusia, Spanyol hingga ke Selatan Cina. Dari abad ke-7 dan seterusnya, para sarjana telah membangun ilmu pengetahuan dari tradisi-tradisi umat manusia sebelumnya. Pergulatan mereka dengan pengetahuan kuno orang Mesir, Yunani dan Roma, pada gilirannya membuat terobosan besar yang membuka jalan bagi gerakan Renaissance di Barat pada abad selanjutnya
Selain pasien mendapatkan obat-obatan secara gratis dan diperlakukan dengan baik. Di rumah sakit Ahmad ibn Thulun ini didirikan pula sebuah perpustakaan medis besar yang lengkap, sarana kebersihan seperti kamar mandi dibuat secara terpisah antara laki-laki dan wanita. Begitu pula dengan pasien yang mengalami gangguan mental (gila) ditempatkan dalam ruang yang terpisah dari pasien lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu para sarjana muslim telah menaruh perhatian yang cukup besar pada perkembangan ilmu jiwa.
Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat.
Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.
Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
b. Kristen Protestan dan Katolik

Kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan pada prinsipnya memiliki persamaan walaupun agama yang dijadikan kepercayaan tersebut memiliki perbedaan.Pada hakikatnya setiap agama akan mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan yang sama.
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan optimal. Karena menyadari akan pentingnya kesehatan, sejak dulu gereja telah secara aktif mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Dari situ kemudian muncullah keinginan untuk membentuk suatu forum yang dapat menyatukan langkah bersama. Setelah melalui tiga pertemuan pimpinan lembaga pelayanan kesehatan Kristen, pada tahun 1983, terbentuklah Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat ini, Sekretariat PELKESI berada di RS PGI Cikini, Jakarta.
PELKESI memiliki visi mewujudkan pelayanan kesehatan di Indonesia yang mendatangkan damai sejahtera Allah bagi semua orang. Sedangkan misinya, melaksanakan pelayanan kesehatan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Pelayananan secara holistik meliputi fisik, sosial, ekonomi dan spiritual.
c. Hindu
Menurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah menyampaikan bahwa kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan teknik pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit ini, menurut Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian dari kelompok kitab Upa Veda.
Sementara kitab Upa Veda ini sendiri termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda, kata Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci Yajur Veda, salah satu dari kitab suci Catur Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab Ayur Veda hampir tidak ada hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang mengupas masalah yadnya atau upacara serta upakara keagamaan.
Sementara itu, menurut Gede Suwindia, dosen STAHN Denpasar, dalam agama Hindu dikenal adanya konsep keseimbangan. Karena itulah, dalam Upanisad disebutkan bahwa keberadaan berbagai tanaman yang ada di dunia ini memiliki guna dan fungsi yang sangat vital bagi manusia. Ada banyak tanaman di muka bumi ini yang memiliki kegunaan bagi manusia, terutama dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi manusia untuk menghargai alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.
d. Budha
Buddha Dhamma berperan besar dalam memecahkan kesulitan para ahli tentang kesehatan mental, Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-menerus mendengarkan suatu suara dalam dirinya dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya.
 Keseluruhan terapi Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi (Dhyana) dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki beberapa kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan teknik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis, hal yang penting dalam meditasi adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya  melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya.
 Dengan begitu apabila tubuh ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi yang timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan karena mempunyai beberapa hal yaitu : (1). Keserakahan, (2). Harga diri yang terluka, (3). Iri hati, (4).  Kebencian, (5). Kekuatiran (Ruth Walshe, alih bahasa Upi. Ksantidewi).
Tri Ratna adalah obyek penghormatan tertinggi dalam agama Buddha yang merujuk pada Buddha (sebagai pendiri agama Buddha), Dhamma (ajaran-ajaran Buddha), dan Sangha (siswa Buddha yang telah memahami dan mendapatkan manfaat dari ajaran Buddha).
e. Kong Hu Cu
Secara teori ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme “pencapaian hidup abadi/bersatu dengan alam semesta”. Inti Konfusianisme/Konghucu : moralisme, menjaga hubungan antar manusia serta manusia dengan langit.
Kalau ditanya mengapa ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh saudara Jingkhe mungkin disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu menjaga hubungan antar sesama (dengan agama lain) dan dengan langit (Buddha).
Pada abad ke-10 sampai ke-12 masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran adalah satu adanya maka sering terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1 gambar. Dan klenteng dianggap sebagai tempat ibadah umat Tridharma tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi .

 


BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh, disini agama dijadikan pedoman yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap klien oleh karena itu pemahamaan tentamg peranan agama sangat penting dan pendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Dengan demikian setiap perawat harus menunjukkan sikap etis professional yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan ketika merespon sebuah situasi yang sulit.
4.2   Saran
 Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama Dalam Keperawatan.
 Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
Demikianlah penjelasan tentang  Peranan Agama Dalam Keperawatan, bila kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bgi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA