KONSEP PENDIDIKAN INDONESIA MENURUT KI HADJAR
DEWANTARA
Prinsip-prinsip dasar proses pembelajaran
menurut Ki Hadjar Dewantoro bahwa dalam proses pembelajaran seorang pendidik hendaknya
bisa:
1.
ING
NGARSA SUNG TULADHA yang artinya: di depan, seseorang harus bisa memberi teladan
atau contoh.
Dalam
pengertian ini, bahwa proses pembelajaran contoh atau teladan menjadi kata kunci
kesuksessan dalam pembelajaran. Pembelajaran di sekolah senantiasa terjadi proses
imitasi atau proses peniruan dari contoh atau teladan, sehingga ketika pembelajaran
berlangsung seorang pendidik harus menstrasfer pengetahuan tentang sesuatu yang
dipelajari siswa dengan benar dan tepat. Selain itu siswa tidak hanya mempelajari
mengenai pengetahuan saja melainkan belajar dengan lingkungannya seperti belajar
mengenai pribadi pendidiknya. Oleh karena itu pendidik selain menguasai pengetahuan
dia juga harus mempunyai pribadi yang dapat dicontoh.
2.
ING
MADYA MANGUN KARSA yang artinya: ditengah – tengah atau diantara seseorang bisa
menciptakan prakarsa dan ide.
Pada pengertian itu, seseorang dapat menciptakan prakarsa
atau ide diantara orang lain). Dalam proses pembelajaran di sekolah, berarti seorang
guru harus dapat menciptakan prakarsa dan ide para siswanya ketika mereka dalam
proses pembelajaran. Sehingga kata kunci kesuksesan dalam pembelajaran adalah
pendidik bisa membangkitkan minat dan semangat belajar siswa , disini
guru dituntut menjadi penggali minat dan pemompa semangat belajar anak .
Sehingga setiap anak mampu berfikir kritis dan belajar mandiri
(Cara Belajar Siswa Aktif). Jadi guru sebetulnya tidak perlu banyak mengajar justru
lebih perlu menggagas tentang beragam bintang prestasi yang perlu setiap siswa gapai.
3.
TUT
WURI HANDAYANI yang artinya: dari belakang seorang pendidik harus bisa memberikan
dorongan dan arahan.
Pada
pengertian itu seseorang harus dapat mendorong orang yang dalam tangungjawabnya
untuk mencapai tujuan secara berkelanjutan dalam pekerjaannya. Dalam proses pembelajaran,
guru harus memberi dorongan kepada siswanya untuk selalu belajar dengan tuntas dan
maju berkelanjutan. Sehingga kata kunci sukses dalam pembelajaran adalah belajar
tuntas dan berkelanjutan.
Konsep Pembelajaran
Ki Hadjar Dewantoro:
1. Dalam belajar menerapkan
teori TRIKON yaitu: Kontinyu, Konvergen dan Konsentris. Teori ini telah dipraktekkan
sejak menuntut ilmu di Belanda. Ilmu pendidikan barat disaringnya dan yang bermanfaat
dipakainya tetapi tetap berpijak pada akar budaya tanah air sehingga konsep tentang
Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berakar ke dalam budaya nusantara.
2. Konsepsi Pendidikan
Nasional Ki Hajar Dewantoro bertujuan:
a.
memanusiakan manusia dalam rangka memerdekakan manusia dalam
lingkaran perbudakan
b.
membentuk
pribadi yang mandiri dengan 3 indikator:
1)
mampu berdiri sendiri,
2)
tidak bergantung pada orang lain,
3)
dapat mengatur dirinya sendiri
3. Konsep isi pendidikan
secara umum harus relavan dengan garis hidup untuk mencerdaskan rakyat dan mengangkat
martabat bangsa dalam rangka membangun kerja sama saling menguntungkan dengan bangsa-bangsa
lain di dunia.
Untuk memperkuat dinamika pendidikan sebagai penguatan
kebangsaan,maka konsep pengembangan pendidikan harus senafas nilai-nilai budaya
yang berkembang di masyarakat serta melibatkan unsur masyarakat dalam pengelolaanya
, karena out put atau keluaran yang dihasilkanyapun harus menjadi pioner kebudayaan
dan peradaban bangsa yang lebih besar.
Sebagai transformasi budaya bahwa :
a.
Desain
kurikulum dan bangunan pengembangan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nafas
kebudayaan yang terlahir.
b.
Produk
pendidikan itupun harus mampu mengemban misi kebudayaan menuju peradaban yang lebih
maju dari generasi sebelumnya
c.
Produk pendidikan harus diarahkan mewujudkan kesejahteraan
dan mengangkat derajad seseorang, Negara dan bangsa.
Hadirnya Ki Hadjar
Dewantoro dengan Taman siswanya sebagai reaksi ketidakpuasan atas pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah-sekolah yang menitikberatkan pada pendekatan perintah, sangsi
dan ketertiban semata dimana konten kurikulumnya disatroni kaum imperialisme dengan
muatan politis maka Ki Hajar Dewantoro memandang misi pendidikan tersebut tidak
sesuai dan tidak senafas dengan nilai budaya masyarakat budaya timur, maka Taman
siswa dengan pendekatan: MOMONG, AMONG dan NGEMONG dengan sistem pendidikan yang
senafas dengan nilai budaya lokal yang mengfungsikan pendidik tidak lagi sebagai
komandan dengan tradisi bentak- membentak tetapi mengembalikan peran guru sebagai
insan yang lembut untuk membimbing dan memimpin anak didik dalam pengembangan bakat
dan potensi dirinya serta menemukan karakteristiknya.
Pendidikan Tamansiswa
berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah),
Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat
maing-masing individu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa
dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap
orang). Dengan konsep tersebut diharapkan bisa membangun anak didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur
akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk
menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan
bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang
berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional.
Konsep Konstruktivisme:
Teori belajar konstruktivisme
adalah sebuah teori belajar yang menekankan pada proses pembentukan pengetahuan
pada anak didik seperti pada teori di bawah ini:
“Konstruktivisme sering dirumuskan dalam berbagai makna sebagai model pembelajaran
behaviorisme. Psikologi perilaku mempunyai perhatian pada studi perubahan dalam
perilaku nyata sebagai lawan dari perubahan mental. Belajar adalah sebagai proses
perubahan atau kondisi perilaku yang teramati sebagai hasil dari reinforcement yang
terseleksi dari respon secara individu terhadap iven-iven (stimulus) yang terjadi
di dalam lingkungannya. Pikiran sebagai sesuatu yang kosong, kertas kosong yang
nyata atau sebagai cermin yang merefleksikan kenyataan.
Pusat perilaku pada siswa adalah upaya untuk mengakumulasi pengetahuan tentang
dunia dan alam sebagaimana adanya dengan usaha guru untuk memindahkan dunia sebagaimana
adanya. Hal itu tergantung pada tranmisi, pendekatan pembelajaran yang sangat pasif
tergantung pengarahan guru dan kontrol. Dalam beberapa konteks istilah behaviorisme
digunakan sinonim dengan obyektivism karena bergantung pada sebuah epistimologis
objectivist
Menurut Teori ini maka
konsep pembelajaran konstruktivisme adalah suatu konsep pembelajaran yang:
1.
Menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi
(bentukan) kita sendiri, suatu pandangan yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif
merupakan proses dimana si belajar yang aktif membentuk (menkonstruk) sistem pemahaman
dan pengertian melalui pengalaman dan interaksinya. Pandangan ini memandang bahwa
si belajar yang aktif membentuk (mengkonstruk) pengetahuanya melalui pengasimilasian
dan pengakomodasian informasi-informasi baru .
2.
Vont Glasersfeld dalam Bettencoart (1989) menyatakan bahwa
konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah konstruksi bentukan) kita sendiri , jadi pengetahuan bukanlah suatu
tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari
pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikontruksikan dari pengalaman atau
dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus –menerus dengan setiap
kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru (Piaget, 1971).
Bagi para kontruktivist, pengetahuan bukanlah tertentu dan deterministik, tetapi
suatu proses menjadi tahu. Konstruktivis menyatakan bahwa semua pengetahuan
yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka menolak kemungkinan
transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan secara prinsipil, tidak
mungkin mentransfer pengetahuan karena setiap orang membangun pengetahuan pada dirinya.
3.
Pada teori ini pengaruhnya dalam proses pembelajaran adalah
bahwa si pembelajar sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep sebelum mereka
mengikuti pembelajaran di sekolah. Sebelum si belajar mengikuti pembelajaran mekanika,
mereka sudah banyak berpengalaman dengan peristiwa-peristiwa mekanika (benda yang
jatuh, benda yang bergerak, gaya dan seterusnya). Oleh karena itu, sebelumnya mereka
telah mengembangkan banyak konsepsi (kecepatan, gaya) yang belum tetu sama dengan
konsepsi fisikawan. Konsepsi inilah yang disebut dengan prakonsepsi.
Ketika si belajar untuk pertama kali belajar fisika SMU sebelumnya dia sudah
punya isi otak yang memungkinkannya untuk belajar dari lingkunganya yang baru. Sibelajar tidak
belajar secara pasif dengan menyerap stimulus (informasi) apa saja dari lingkunganya
, tetapi otaknya sudah selektif dengan memilih informasi apa yang masuk dan mencari
melalui hubungan antar unsur-unsur yang berlainan, karena struktur otak dari semula
sudah mengatur lalu lintas informasi didalamnya dan lalu lintas informasi dengan
dunia luar . Struktur itupun tidak bersifat tetap , melainkan akan berkembang sesuai
dengan pengalaman dan umurnya.
Apapun yang dikatakan seorang si belajar dalam menjawab suatu persoalan fisika
itu merupakan jawaban yang masuk diakalnya pada saat itu . Kesalahanpun perlu ditanggapi
dengan serius apapun bentuk kesalahan yang diperbuat , jangan pernah mengandaikan
bahwa cara berfikir mereka sederhana atau jelas. Pembelajar justru perlu belajar
mengerti cara berfikir mereka sehingga dapat membantu bagaimana memodifikasikan
pikiran itu kearah yang benar . Seorang pembelajar konstruktivistik tidak akan pernah
mengklaim bahwa ini satu-satunya yang benar tetapi ia akan berkata bahwa ini adalah
jalan yang terbaik untuk situasi ini atau ini adalah jalan yang terefektif untuk
soal ini.
Pembelajar konstruktivistik akan membiarkan sibelajar untuk menemukan cara-cara
yang paling menyenangkan dalam memecahkan suatu persoalan. Sibelajar kadang-kadang
suka mengambil jalan yang tidak disangka-sangka atau tidak secara konvensional dalam
memecahkan suatu persoalan .
4.
Filsafat konstruktivisme menjadi landasan bagi banyak strategi
pembelajaran , terutama yang dikenal dengan nama student –centered learning belajar
yang berorientasi pada sibelajar atau mengutamakan keaktifan sibelajar dalam menkonstruksikan
pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh. Peran guru (pembelajar)
sebagai fasilitator dan atau bersama-sama sibelajar juga terlibat dalam proses belajar,
proses konstruksi pengetahuan. Beberapa strategi pembelajaran konstruktivisme adalah
belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning
dan model pembelajaran kognitif antara lain problem based learning dan cognitive
strategis.
5.
Prinsip –prinsip yang diambil dalam paham konstruktivisme
adalah :
a.
Pengetahuan dibangun oleh sibelajar sendiri baik secara personal
maupun sosial.
b.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kepada sibelajar,
kecuali hanya dengan keaktifan sibelajar itu sendiri untuk menalar.
c.
Sibelajar aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta situasi
dengan konsep ilmiah.
d.
Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi sibelajar berjalan mulus.
e.
Otak diibaratkan sebagai prosesor komputer yang selalu memproses
informasi. Pengajaran yang efektif adalah apabila menggunakan berbagai strategi
pembelajaran.
f.
Pembelajaran melibatkan keseluruhan aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Guru tidak boleh hanya bertumpu kepada kemampuan intelek saja.
g.
Usaha untuk mencari (membangun) makna bersifat kontinu. Pengajaran
efektif harus menyadari bahwa pengertian (konstruksi makna) bagi seseorang adalah
personil dan unik, pemahaman si belajar bergantung kepada pengalaman uniknya.
h.
Emosi adalah cerminan dari adanya perbedaan . pembelajaran
dipengaruhi oleh emosi dan sikap.
i.
Otak memproses semua informasi yang masuk, baik yang sederhana
maupan yang kompleks secara serentak. Dalam membangun makna dilakukan dengan cara
mempelajari hal yang sifatnya sederhana sampai ke hak yang sifatnya kompleks.
j.
Pembelajaran melibatkan perhatian yang terfokus pada bagaimana
membangun persepsi (makna) dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya.
k.
Pembelajaran merupakan proses dimana sibelajar membutuhkan
waktu untuk memproses apa dan bagaimana isi pembelajaran.
l.
Sekurang-kurangnya terdapat dua jenis ingatan yaitu sistem
ingatan ruang (spartial) dan sistem ingatan untuk pembelajaran yang mengutamakan
hafalan dapat menghambat pemahaman sibelajar.
m. Sibelajar akan dapat
membangun makna dengan baik apabila sibelajar dapat menemukan fakta dan mampu menjelaskannya.
Pembelajaran eksperimen adalah paling efektif.
n.
Pembelajaran yang disuguhkan dengan ancaman, hukuman tidak
menguntungkan untuk terjadinya proses konstruksi makna (pengetahuan).
o.
Setiap orang memiliki proses kontruksi makna yang unik. Pembelajaran
sebaiknya disesuaikan dengan keunikan sibelajar agar sibelajar dapat menyatakan
kecenderungannya masing-masing.
Persamaan konsep pendidikan
antara Ki Hadjar Dewantoro dengan Konstruktivisme antara lain dalam hal:
1.
Keduanya sama-sama menekankan bahwa titik berat proses belajar
mengajar terletak pada siswa, pegajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur
yang membantu murid mengkonstruksi. Konseptualisasi dan solusi dari masalah yang
dihadapi. Keduanya berpendapat bahwa pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran
yang berpusat pada murid ( Student Center learning) Kesamaan ini bukan suatu kebetulan
. Konstruktivisme yang sudah besar pengaruhnya sejak periode 1930 – 1940 an di Amerika.
Dasar pertama yang dari pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan adalah teori
konvergensi yang menyatakan bahwa pengetahuan manusia merupakan hasil interaksi
dari faktor bawaan (nature) dan faktor pengasuhan (nurture). Dalam tulisan Ki Hadjar
Dewantoro yang berjudul “Tentang Dasar dan Ajar “ Ki Hadjar Dewantoro mendukung
dengan teori konvergensi, menurutnya baik dasar (faktor bawaan) maupun Ajar (pendidikan)
berperan dalam pembentukan watak seseorang.
2.
Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan sejalan dengan
pandangan Ki Hadjar Dewantoro yang menekankan pentingnya siswa menyadari alasan
dan tujuan ia belajar. Baginya perlu dihindari pendidikan yang hanya menghasilkan
orang yang sekedar menurut dan melakukan perintah . Ki hadjar mengartikan bahwa
mendidik adalah sebagai : “ Berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya
budi pekerti (rasa, fikiran, dan roh) dan badan anak dengan jalan pengajaran , teladan
dan pembiasaan.” menurutnya jangan pernah ada perintah dan paksaan dalam pendidikan.
Pendidik adalah orang yang mengajar, memberi teladan dan membiasakan anak didik
untuk menjadi manusia mandiri dan berperan dalam memajukan kehidupam masyarakatnya,jika
ada ganjaran atau hukuman maka ganjaran dan hukuman tersebut harus datang sendiri
sebagai hasil atau buahnya segala pekerjaan dan keadaan.
Hal ini juga sejalan dengan teori perkembangan dari tokoh
Psikologi kognitif (Jean Piaget 1954) bahwa anak mengkonstruksi sendiri pengetahuanya
melalui pengalaman bertemu dengan obyek-obyek di lingkungan. Anak adalah pembelajar
yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri
konskuensi dari tindakan-tindakanya, Teori Piaget merupakan salah satu dasar dari
konstruktifisme. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara pemikiran Ki Hadjar
Dewantoro dengan paham Konstruktivisme.
3.
Ki Hadjar dan Konstruktivisme sama-sama memandang pengajar
sebagai mitra para siswa untuk menemukan pengetahuan . Mengajar bukan sekedar memindahkan
pengetahuan dari guru ke siswa melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuanya . Kegiatan mengajar di sini adalah sebuah partisipasi dalam
proses belajar . Pengajar ikut aktif bersama siswa dalam membentuk pengetahuan ,
mencipta makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan memberikan penilaian-penilaian
terhadap berbagai hal. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu siswa untuk berfikir
secara kritis, sistematis dan logis dengan membiarkan mereka berfikir sendiri.
4.
Sejalan dengan konstruktivisme Ki Hadjar memiliki semboyan
Tut Wuri Handayani , menempatkan pendidik sebagai orang yang berada di belakang
siswa , membimbing dan mendorong untuk belajar, memberi teladan, serta membantu
siswa membiasakan dirinya untuk menampilkan perilaku yang bermakna dan berguna bagi
masyarakatnya .
Keterlibatan pendidik
dengan siswa pada saat-saat siswa sedang berjuang menemukan berbagai pengetahuan
sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya siswa baik pada dirinya sendiri
maupun pada pengajar.
Pengajar harus memiliki
fleksibilitas pikiran yang tinggi agar dapat memahami dan menghargai pemikiran siswa
karena seringkali siswa menampilkan pendapat yang berbeda bahkan bertentangan dengan
pemikiran pengajar . Apa yang dikatakan oleh murid dalam menjawab sebuah pertanyaan
adalah masuk akal bagi mereka saat itu , jika jawaban jauh bertentangan dengan prinsip-prinsip
keilmuan atau membahayakan , maka pendidik harus hati-hati dalam memberi pengarahan
. Jangan sampai pengarahan yang diberikan menghilangkan rasa ingin tahu siswa yang
menimbulkan konflik antara pendidik dengan siswa.
Daftar Pustaka
Judul : Konstruktivisme dalam Pemikiran
Penulis : Bagus takwin
Judul : Sistem Among Mendidik Sikap Merdeka Lahir Batin
Penulis : Ki Priyo
Dwiarso
Judul : RM Suwardi Suryoningrat Bangsawan yang menjadi
Bapak Bangsa/htm 22/9/2008.
Alamat : http://tamansiswa.org/magazine/pijar/rm-suwardi-suryaningrat- bangsawan-yang-menjadi-bapak-bangsa
Penulis : Jend.Ki Tyasno
Sudarto
Judul : Akhlak Guru menurut Ki Hadjar Dewantoro
Ki Hadjar Dewantoro /htm 19/9/2008
Penulis :Anonim SMAN7malang
Judul : Constructivist learning Theori
Penulis : Elizabeth
Murphy, 1997
Judul : Ringkasan Eksekutif Pengenalan pada teori
Konstruktivisme
Penulis
: Anonim
0 comments:
Post a Comment