BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah-ubah. Mulai dari
pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi
lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara
berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih
menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai
menjadi lebih seimbang. Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus
mengalami perubahan. Perilaku dan keterampilannya juga semakin berkembang.
Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara fisik
maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan
perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang individu. Sedangkan
perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan emosi, perkembangan
kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta didik. Peserta didik
sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya atau bantuan dari orang
lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam
perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena
interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan
proses sosialisasi dan menambah pengetahuan pada balita.
Perkembangan
dan pertumbuhan merupakan hal yang penting untuk kita pelajari dan kita pahami.
Banyak para pendidik dan orang tua yang belum memahami
perkembangan-perkembangan anak. Sehingga masih ada pendidik dan orang tua yang
menerapkan sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan anak. Hal ini akan
berakibat adanya ketidak seimbangan antara system pembelajaran dengan
perkembangan anak yang akan menyulitkannya untuk mengikuti system pembelajaran
yang ada. Dengan mengetahui faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan anak
diharapkan kita akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif,
efisien, terarah dan sesuai dengan perkembangan anak.
Untuk
mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi-generasi masa depan
yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman tentang perkembangan dan
pertumbuhan anak. Dengan demikian, sebagai pendidik kita diharuskan mengetahui
dan memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta.
Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan
sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalam hal ini adalah teori perkembangan
psikososial Erik H. Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam
kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang
dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini antara
lain:
1.
Apakah yang dimaksud dengan balita?
2.
Bagaimana perkembangan fisik pada balita?
3.
Bagaimana perkembangan motorik dan kognitif balita?
4.
Bagaimana perkembangan Bahasa balita?
5.
Bagaimana perkembangan psikososial pada balita?
C. Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian balita dari
2.
Untuk mengetahui perkembangan fisik pada balita
3.
Untuk mengetahui perkembangan motorik dan kognitif balita
4.
Untuk mengetahui perkembangan bahasa balita
5.
Untuk mengetahui perkembangan psikososial pada balita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Balita
Balita
adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the
golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh
baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.
Menurut
Soetjiningsih (2001), balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun
dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun
dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan
menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah
kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai
berakhir.
Balita merupakan istilah yang berasal dari
kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program
kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran
program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita
merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya (supartini, 2004)
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai
balita, merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak
awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Pada masa ini semua orang tua
menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang
memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami
yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau
siapapun.
B. Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Dan Sosioemosional Pada Balita
Perttumbuhan dan perkembagan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan
pertanyaan karena bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya tampak tidak terorgaisasi,
ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam
saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa
saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu
tidur hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan
dari sekitarnya.
Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi
kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud dari
tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bagaemana sebenarya pertumbuhan
dan perkembangan bayi tersebut. Sehingga kita dapat memahami bagaemana dunia sang
bayi tersebut dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi
secara optimal.
a.
Perkembangan
Fisik Pada Balita
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya.
Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,baik yang menyangkut ukuran berat dan
tinggi maupun kekuatannya, memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan
keterampilan fisiknya dan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembanga fisik anak
ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik yang kasar maupun
halus.
Pada fase ini anak berkembang dengan sangat
pesat (Choirunisa, 2009 : 10). Pada periode ini, balita
memiliki ciri khas perkembangan menurun disebabkan banyaknya energi untuk
bergerak.
Perkembangan fisik pada balita antara lain:
a.
Urutan Cephalocaudal
dan proximodistal
Urutan Cephalocaudal
ialah urutan pertumbuhan,dimana pertumbuhan terbesar selalu dimulai dari atas kepala
dilanjutkan dengan pertumbuhan fisikmencakup yang besar,berat serta pertumbuhan
organ tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas kebawah(keleher, bahu batang
tubuh tengah dan lain lain).
Urutan proximodistal
ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak dari kaki dan tangan.
b.
Tinggi dan
berat
Bayi yang
baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi menyesuaikan
diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh
berat kira-kira 5-6 ons perminggu selama bulan pertama pada bulan ke empat berat
badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika hari
pertama kelahiiran.
c.
Keterampilan
Motorik kasar dan halus
Ketrampilan
motorik kasar meliputi kegiatanotot-otot besar seperti menggerakan lengan danberjalan.dan ketrampilan motorik halus meliputi gerakan-gerakan
menyesuaikan secara lebih halus, separti ketangkasan jari meraih dan menggegan,
gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, dan koordinasi jari.
d. Otak
Ketika bayi
berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan yang daat berbunyi, tersenyum
dan mengerutkan dahi maka perubahan-perubahan dalam otaknya sedang berkembang. Sebenarnya
sejak lahirn bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki sepanjang
hidupnya.tetapi pada saat lahir dan awal khidupannya keterkaitan sel-sel ini masih
sangat lemah.
e.
Kebutuhan
gizi dan perilaku makan
Perbedaan-perbedan
yang ada pada setiap bayi dalam cadangan gizi, komposisi tubuh, tingkat pertumbuhan
dan pola kegiatan membuat pendefinisian kebutuhan gizi yang sesungguhnya sulit dilakukan.
Akan tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu mengkonsumsi 50 kalori
per hari untuk setiap pon berat mereka.
f.
Perkembangan
Sensoris dan persepsi
Semua informasi
datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika sekumpulan informasi menadakan
kontak dengan peerima sensor (mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit). Persepsiialah
interpretasi tentag apa yang diindrakan atau dirasakan.
g.
Persepsi
Visual
Dunia visual
pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi yang baru lahir diperkirakan
20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat untuk menguji mata.ini sekitar 10-30 kali lebih rendah dari penglihatan orang
dewasa normal. Tetapi akan meningkat pada usia 6 bulan
h.
Pendengaran
Segera setelah
kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu sensor orang dewasa (Trehub,
dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih nyaring untuk didengar
oleh bayi. (Morrongiello, Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi
yang baru lahir yang bisa mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar
ketika ia mendekap di dalam kandungan ibunya. Janin dapat mendengar pada beberapa
bulan terakhir kehamilan.
i.
Sentuhan
pada Bayi yang Baru Lahir
Bayi-bayi
yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap sentuhan. Sentuhan ke pipi
ternyata menghasilkan gelengan kepala sedangkan sentuhan ke bibir menghasilkan gerakan
mengisap. Sebagai contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi laki-laki kecil kira-kira
hari ketiga setelah kelahiran. Peningkatan tangisan dan ocehan intensif selama prosedur
sunat dilakukan, mengindikasikan bayi berusia 3 hari mengalami rasa sakit (Gunnar,
Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)
Bayi laki-laki
yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat, menunjukkan bahwa mereka mengalami
stres.
Selama bertahun-tahun,
para dokter telah melakukan operasi pada bayi-bayi yang lahir tanpa pembiusan. Praktek
kedokteran ini dilakukan karena bahaya pembiusan terhadap bayi dan anggapan bahwa
bayi yang baru lahir tidak merasakan sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti
yakin bahwa bayi yang baru lahir dapat merasakan sakit, praktek operasi yang telah
berlangsung lama pada bayi yang baru lahir tanpa pembiusan semakin banyak diperdebatkan.
j.
Penciuman
(Smell)
Bayi-bayi
yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi wajah mereka.
Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan arbei tetapi tidak suka bau telur dan
ikan busuk (Steiner, 1979).
k.
Kecapan
(Taste)
Ketika mengisap
puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis, jumlah isapan bertambah (Lipsitt,
dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir memperlihatkan suatu
ekspresi senyum setelah diberi larutan manis. Sebaliknya mereka mengerutkan lidah
mereka setelah diberi larutan asam (Steiner, 1979).
l.
Persepsi
Menyeluruh
Percepsi
menyeluruh (intermodal perception) ialah kemampuan mengaitkan dan informasi atas
dua atau lebih pengalaman sensoris, seperti penglihatan dan pendengaran.
2.
Perkembangan
Kognitif Pada Balita
Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa
dewasa. Kemampuan bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri (adapt) dengan lingkungan dan adanya pengorganisasian struktur
berpikir.
Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara
kualitatif sangat berbeda: sensoris-motorik, praoperasional dan operasional konkret,
dan operasional formal.
a.
Tahap Perkembangan
Sensoris- Motorik
Tahap sensoris motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira usia
2 tahun. Selama masa ini perkembangan mental dipengaruhi oleh kemajuan yang besar
pada kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui
gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik – oleh karena itu, namanya sensorik-motorik
(Piaget, 1952)
Tahapan-tahapan Piaget, perkembangan subtahap sensoris motorik adalah: (1) reflek
sederhana, (2) kebiasaan-kebiasaan sederhana dan reaksi sirkuler primer, (3) reaksi
sirkuler sekunder, (4) koordinasi reaksi sirkuler; (5) reaksi sirkuler tersier,
pencarian dan keingin tahuan; (6) internalisasi skema.Reflek sederhana (simple reflexe)
ialah subtahap sensoris motorik pertama Piaget, yang terjadi pada bulan pertama
setelah kelahiran. Pada subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler sekunder (secondary
sircular reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang berkembang
antara usia 4 dan 8 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin berorientasi atau berfokus
pada benda di dunia, yang bergerak dengan keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi
sensoris-motorik.
Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondery sirculer reaction)
ialah subtahap sensorik-motorik keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 dan
12 bulan. Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung yang
meliputi koordinasi skema dan kesengajaan.
Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan keingintahuan
(tertiary circular reaction, novelty and curiosity) ialah subtahap sensoris-motorik
kelima Piaget yang berkembang antara usia 12 dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi
semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh
banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.
Internalisasi skema yaitu (internalization of sehemes) ialah subtahap sensoris-motorik
keenam dan terakhir Piaget, yang berkembang antara usia 18 dan 24 bulan. Pada subtahap
ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris motorik murni menjadi suatu
taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
untuk menggunakan simbol-simbol primitif.koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui
perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak kelahiran.
Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan primary
circual reaktion) ialah subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4 bulan. Pada subtahap
ini, pada subtahap ini bayi belajar mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu,
kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer.
Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema yang didasarkan
pada usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan
yang pada mulanya terjadi secara kebetulan.
b.
Ketetapan
Benda
Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi pencapaian paling
penting pada seorang bayi: pemahaman bahwa benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih
tetap ada dan berlansung walaupun benda-benda dan peristiwa-peristiwa itu tidak
dapat dilihat, didengar atau disentuh secara langsung.
3.
Perkembangan
Bahasa
Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah
habis dan adanya sebuah sistem aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis (invinite
generativity) ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat
bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan
yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif.
Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan
pragmantik.
a.
Fonologi (phonologi) ialah study tentang bunyi-bunyian bahasa.
b.
Morfologi (morphologi) mengacu pada ketentuan-ketentuan pengkobinasian morfem;
morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada penggalan
suku kata yang kita ucapkan dan dengar.
c.
Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuj membentuk
ungkapan dan kalimat yang dapat diterima.
Menurut clara dan wiLiam stern beberapa perkembangan
bahasa antara lain:
a.
Prastadium (tahun pertama)
Kata pertama yang diucapkan
anak dimulai dari suara-suara seperti yang kita dengar keluar dari mulut
seorang bayi. Dalam masa ini anak cendrung mengucapkan pengulangan suara.
Contoh sebagai penjelasan, ma-ma, mi-mi (saya mau minum).
b.
Kalimat satu kata (12-18 bulan)
Satu perkataan dimaksudkan
untuk mengungkapkan satu perasaan, atau satu keinginan. Seperti kata “mama”
dimaksudkan untuk “mama, saya minta makan.”
c.
Masa memberi nama (18-24 bulan)
Perkembangan bahasa ini,
seakan-akan terhenti selama beberapa bulan kerena anak memusatkan perhatiannya
untuk belajar berjalan. Sambil berjalan kesana sini, dengan tak henti-hentinya
dia bertanya, “ini apa?, itu apa?, itu siapa?, ia mengapa?” itulah alasannya
mengapa ada yang menyebut masa ini dengan masa “masa memberi nama” atau “masa
apa itu”.
d.
Masa kalimat tunggal (24-30 bulan)
Bahasa dan bentuk kalimat
makin baik dan sempurna, anak telah menggunakan kalimat tunggal. Sekarang ia
mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dan warna.
e.
Masa kalimat majemuk (>30 bulan)
Anak mengucapkan kalimat
yang makin panjang dan bagus. Anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan
kalimat majemuk. Sesekali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbullah
anak kalimat. Dalam hal ini anak sering berbuat kesalahan.
Selain berdasarkan umur, perkembangan bahasa balita
sangat dipengaruhi perilaku dan lingkungan. Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai
konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus.
Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan
dan keterlibatan dari pengasuh dan guru.
Strategi mengajarkan bahasa pada bayi atau anak kecil :
1.
Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa
pada anak kecil disebut motherese, yakni cara
ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan lebih
luas daripada normal, dan kalimat-kalimat yang sederhana.
2.
Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang sama atau
yang mirip dengan cara yang berbeda, barangkali dengan menguahnya menjadi suatu
pertanyaan.
3.
Menggemakan(echoing) ialah mengulangi apa yang dikatakan anak kepada Anda, khususnya
kalau perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.
4.
Memperluas(expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam
bahasa yang secara linguistik “canggih“.
5.
Memberi nama (labeling) ialah mengidentifikasi nama-nama benda.
4.
Perkembangan
Psikososial Pada Balita
Selain perkembangan fisik, satu hal juga yang harus
diperhatikan oleh setiap orangtua yaitu perkembngan psikologis dan emosional
buah hatinya. Dengan peka terhadap setiap tahap perkembangan si kecil dapa
mempererat hubungan orangtua dan anak,selain tentunya membantu anda mengetahui
bagaimana cara menangani anak muda. Berikut beberapa tahap dalam perkembangan
psikologis dan emosional anak.
a.
Usia 12-36 bulan
Kegiatan mendongeng atau membacakan cerita sebelum
tidur untuk si kecil merupakan sebuahaktifitas yang tak hanya menyenangkan
namun juga dapat mengembangkan kemampuan membaca si kecil sejak dini. Kemampuan
tersebut meliputi :
1)
Bagaimana sebuah buku bekerja, dalam hal ini anda mengajarkan
bahwa sebuah buku bisa baru akan bermakna setelah kita membukanya, dan membaca
cerita didalamnya
2)
Buku bisa menceritakan sebuah kisah.
3)
Setiap cerita memiliki awal dan akhir
Setelah si kecil tahu manfaat dan cara kerja buku,
anda bisa mulai mengajarkannya untuk menyukai aktifitas membaca buku, ditahap
ini anda cukup mengajarkannya beberapa hal seperti :
1)
Membacakannya buku dengan suara yang jelas dan keras
2)
Biarkan si kecil bermain-main dengan bukunya, sehingga ia
familiar dengan buku
3)
Bacalah dalam waktu yang singkat, karena bagi anak-anak 10
menit membaca merupakan waktu yang lama
4)
Ikuti cerita anda dengan pertanyaan seputar kisah yang ada
dalam buku tersebut, untuk memancing interaksi antara anak anda dengan buku
yang sedang dibaca
5)
Jika si kecil tiba-tiba merebut buku yang sedang anda
bacakan, biarkan ia melakukan tersebut, karena itu pertanda si kecil ingin
bereksplorasi dengan bukunya.
b.
Usia 18-36 bulan
Jika di bulan-bulan sebelumnya bayi anda sulit
berpisah dari anda, maka memasuki tahun ke-2 si kecil mulai menyadari bahwa ia
juga makhluk individual. Mereka akan mulai melakukan sesuatu sendiri. Pada
tahap ini berikan ruang pada anak anda untuk tumbuh. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1)
Sediakan lebih banyak waktu untuk bagi anak anda untuk
melakukan lebih banyak hal sendiri, misalnya saat ia ingin mengembalikan
mainannya sendiri ke kotaknya, saat ia ingin makan sendiri, membuka sepatu
sendiri dan sebagainya.
2)
Sertakan sikecil dalam aktifitas harian anda misalnya saat
anda membersihkan rumah, anda bisa menberinya lap bersih dan sebagainya
sehingga ia merasa telah turut serta bersih-bersih bersama anda.
3)
Pada tahap ini ada kalanya si kecil akan membuat anda jengkel
misanya membuat makananya berantakan saat mencoba makan sendiri,jika hal tersebut
terjadi bersabarlah,bimbinglah iya untuk berlatih kemandirianya dengan benar
dan jangan buat iya menyerah karna omelan anda.
4)
Seringkali anda mengatakan “tidak”untuk melarang si kecil
melakukan ini itu,jangan kaget jika di usia ini si kecil akan balik mengatakan
“tidak” untuk setiap anda minta. Alangkah lebih baik jika sejak dini anda mulai
memilih kata-kata yang tepat untuk mengatakan “tidak” pada si kecil.
c.
Usia 18-24 bulan
Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah mulai bisa
mengucapkan satu dua patah kata sederhana,bahkan anda akan merasa excidet karna
ternyata si kecil sudah milai bisa anda ajak mengobrol. Meski demikian anda
harus bersabar karna meski sudah mengenal beberapa kata,namun si kecil belum
sepenuhnya mengerti maksud dari kata yang di ucapkanya. Bimbinglah iya terus
untuk mengembangkan kemampuan bicaranya dengan cara :
1)
Jangan meneruskan kalimat yang seharusnya diselsaikan anak
anda, karena hanya akan membuat anak anda frustasi.
2)
Meski sudah mulai bisa berbicara, namun anda harus ingat, si
kecil masih akan menggunakan tangisan saat lelah, lapar, atau sakit
3)
Beri kesempatan pada si kecil untuk berbicara,khususnya jika
ada anak lain yang lebih tua di rumah anda.
4)
Jadilah contoh pembicara yang baik untuk anak anda,karna pada
usia ini anak anda sedang hobinya meniru apa yang di lihat dan di dengarnya.
d.
Usia 24 bulan
Memasuki usia 24 bulan anak anda muai merasakan
hubungan antara perasaan dan perbuatanya terhadap orang lain. Hal tersebutlah
yang menjadi dasar interaksi si kecil dengan sesama yang nantinya membangun
hubungan persahabatan. Sikap empati tersebut perlu di kembangkan oleh si
kecilsejak dini dengan cara :
1)
Saat anak anda sedang kesal atau sedih, biarkan iya merasakan
dan menghadapi perasaan tersebut, jangan mencoba menutupi perasaaya atau
melarangnya mengungkapkan perasaanya. Dengan demikian anak anda belajar
mengidentifikasi beragam perasaan yang dirasakanya.
2)
Perhatikan emosi anda.jangan malu mengakui jika anda sedang
marah, sedih atau kecewa, namun pastikan juga anda tidak over acting menghadapi
perasaan tersebut sehingga membuat anda takut dan aneh dengan reaksi anda.
Selain berdasarkan penjelasan diatas, pendapat lain mengatakan bahwa
perkembangan psikososial balita dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun
rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl
dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa
percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan
dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat
antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu
melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar
rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan
lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila
pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi
secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial
yang kurang misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika
ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.
2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )
Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap
ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan
kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari
ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya
misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan
mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa Otonomi diri ini perku dikembangkan
karena penting untik terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari.
Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan
yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa
tidak mampu mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua
dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.
5.
Perkembangan Emosi
Pada masa ini, emosi balita sangat kuat di tandai oleh
ledakan amarah, kekuatan yang hebat atau iri hati yang tidak masuk akal. Pada
usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “aku” nya. Bahwa “aku” nya (dirinya)
berbeda dengan orang lain. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga
diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya.
Pola emosi umum yang terjadi pada masa balita antara
lain :
a.
Takut : perasaan terancam oleh suatu objek yang di anggap
membahayakan.
b.
Cemas : perasaan takut yang bersifat khayalan.
c.
Marah : perasaan tidak senang atau benci.
d.
Cemburu : perasaan tidak senang pada orang lain.
e.
Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan : masukkan yang
positif, nyaman karena terpenuhi keinginannya.
6.
Perkembangan Kepribadian
Masa ini lazim di sebut masa “trotzalter” yaitu
periode berlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada
perubahan yang hebat dalam dirinya. Dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari
lingkungan atau orang lain. Dengan kesadaran ini balita menemukan bahwa ada dua
pihak yang berhadapan yaitu “akunya” dan “orang lain”. Aspek-aspek perkembangan
kepribadian balita meliputi :
1.
Ketergantungan atas citra diri (dependensi vs self image).
Konsep balita tentang
dirinya sulit di pahami dan di analisis, karena keterampilan bahasanya belum
jelas dan pandangan terhadap orang lain masih egosentris. Mereka memiliki system
pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi belum dpat menyatakannya.
2.
Inisiatif vs rasa bersalah ( initiative vs guilt )
Erik erikson mengemukakan
suatu teori bahwa mengalami suatu krisis perkembangan, karena mereka menjadi
kurang defenden dan mengalami konflik antara inisiatif dan rasa bersalah.
Kemampuan anak berkembang, baik secara fosik maupun mental. Pada tahap ini
balita siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain
guna mencapai tujuannya.
7.
Perkembangan Moral
Pada masa ini balita sudah memiliki dasar tentang
sikap motalitas terhadap kelompok socialnya ( orang tua, saudara dan teman
sebaya ). Melalui pengalaman berinteraksi dengan temannya, anak belajar
memahami tentang kegiatan atau prilaku mana yang baik / boleh / di terima /
disetujui / buruk / tidak boleh.
Pada saat mengenal konsep baik buruk, benar salah atau
menanamkan disiplin oleh orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang
alasanya. Penanaman disiplin dengan di sertai alasannya ini di harapkan akan
mengembangkan self control atau self discipline pada anak.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
1.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Pada
dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya karena mereka
memiliki perbedaan genetic dan asupan dari masing-masing manusia. Sehingga bisa
dikatakan bahwa faktor dari pertumbuhan manusia itu sendiri merupakan hal
penting dalam perkembangan manusia . Faktor-faktornya adalah :
a.
Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam
awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya
dari bayi sampai dewasa. Biasanya factor genetic ini susah untuk diubah, karena
sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekalipun
bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh
factor-faktor genetic manusia ; postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat,
tempramen dan lain-lain.
b.
Faktor Asupan
Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan
pemberian asupan seperti makanan,vitamin,buah-buahah,sayuran,dll secara teratur
dalam proses pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik
sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir,
pertumbuhan badan, dan lain-lain.
c.
Faktor Lingkungan
Setelah kedua factor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor
yang satu ini, factor lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia dalam
pembangunan karakter secara alamiah dengan kata lain proses belajarnya secara
otomatis. Maka dengan itu lingkungan berpengaruh dalam pembangunan sifat dan
karakter mereka. Apabila factor gen dan asupan mereka telah terpenuhi dengan
baik tetapi ia bergaul dan hidup dilingkungan yang salah (tidak baik) maka akan
menghasilkan manusia yang tidak baik pula.
Sedangkan
faktor pertumbuhan organisme pada manusia, diantaranya yaitu:
1.
Faktor sebelum lahir. Misalnya peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan
janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena
infeksi oleh bakteri virus dan lain-lain
2.
Faktor ketika lahir. Antara lain : pendaran pada bagian kepala bayi yang
disebabkanoleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.
3.
Faktor sesudah lahir. Antar lain: pengalaman traumatik pada kepala, kepala
bagian dalam terluka, kepala terpukul atau mengalami serangan sinar matahari.
4.
Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggal ibu, ayah atau kedua
orangtuanya. Sebab lain ialah dibesarkan didalam institusional sehingga kurang
mendapat perawatan jasmaniah dan cinta kasih. Anak-anak tersebut kemungkinan
besar mengalami kehampaan jiwa, sehingga mengakibatkan kelambatan pertumbuhan
fungsi jasmani dan rohani terutama perkembangan inteligensi dan emosi.
2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Perkembangan anak tidak berlangsung secara makanis-otomatis sebab
perkembangan terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan.
Faktor tersebut antara lain :
a.
Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan)
Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu.
Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis
yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai
pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.
Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan kromoson yang jumlahnya
menjadi 48 pasang. Perpaduan ini pun segera diikuti oleh pembelahan diri menjadi
dua organism sehingga jumlah kromoson pada sel-sel baru tersebut tetap 24
pasang. Diantara kedua organism baru tersebut terjadilah perjuangan dan yang
lebih kuat dapat terus hidup. Pada akhirnya hanya satu organism yang berhasil
hidup, maka akan lahir satu orang anak, tetapi apabila keduanya berhasil
mempertahankan hidupnya, akan lahir anak kembar.
b.
Faktor lingkungan
Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter mengemukakan bahwa lingkungan
perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar
organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”.
Lingkungan ini terdiri atas:
1)
Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin
sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah
2)
Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.. Konsep lama tentang lingkungan
perkembangan, memahaminya sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia,
karena manusia dipandang seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau
dibentuk. Sekarang dipahami bahwa manusia disamping dipengaruhi, juga
mempengaruhi lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, dapat
dikemukakan bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungan itu bersifat saling
mempengaruhi. Hampir sama dengan pengertian diatas, J.P Chaplin (1979;175)
mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “keseluruhan aspek atau fenomena fisik
dan sosial yang mempengaruhi organism individu”. Sementara itu, Joe Kathena
mengemukakan bahwa lingkungan itu merupakan segala sesuatu yang berada di luar
individu yang meliputi fisik dan sosial budaya. Lingkungan ini merupakan sumber
seluruh informasi yang diterima individu melalui alat inderanya. Berdasarkan
ketiga pengertian diatas, bahwa yang dimaksud dengan lingkungan perkembangan
siswa adalah “ keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik
atau sosial yang anak yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga,
sekolah, kelompok sebaya, dan masyarakat.
3)
Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis, Kematangan merupakan fase
perubahan yang dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan berlangsung
secara bertahap.
4)
Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi,
bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri. Setiap
fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan
pengaruh timbal balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor
lingkungan. Sehingga perkembangan merupakan produk dari pertumbuhan berkat
pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan
fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar oleh subyek anak dalam mencobakan
segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Balita
adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun dan merupakan masa
terpenting dalam kehidupan manusia karena pada usia ini otak anak mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the
golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh
baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.
Perkembangan
dan pertumbuha pada balita sangatlah cepat. Perkembangan tersebut mencangkup
beberapa aspek yang sangat mendukung satu sama lain. Diantaranya aspek fisik
akan mempunyai pengaruh besar terhadap aspek kognitif, bahasa dan
sosio-emosional. Maupun aspek kognitif akan mengalami kesinambungan satu sama
lain.
Keadaan
ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak.
Pola asuh yang tidak baik akan berdampak tidak baik juga terhadap anak, dan
akan membuat perkembangan dan pertumbuhan anak terhambat. Pada dasarnya dalam
menjaga perkembangan anak peran orang tua dalam menjaga, mendidik, dan memberi
dorongan motivasi membangun terhadap anak itu sangatlah diperlukan anak.
B.
Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan pada makalah ini yaitu sebagai orang tua
ataupun pendidik harus memperhatikan anak baik dari pendidikan, lingkungan,
pola asuh dan lain sebagainya karena baik buruknya anak tergantung pada orang
tuanya dan pada masa balita anak sangat mudah memperoleh kemampuan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz
Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan,
Jakarta.Penerbit Medika Salemba.
Nursalam,Susilaningrum
Rekawati,Utami Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan).Cetakan
Kedua, Jakarta.Penerbit Medika Salemba.Halaman 42-43
http://www.seputaribudananak.co.cc
http://mariaanasiati.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-tentang-balita.html
0 comments:
Post a Comment