Friday, September 15, 2017

Makalah Remaja

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang

Manusia dalam hidupnya mengalami berbagai fase perubahan yang disebut perkembangan, dimana perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu meliputi psikologi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya.

Seorang individu bisa dikatakan berhasil ketika ia bisa melewati setiap fase dalam perkembangan itu dengan menyelesaikan tugas perkembangannya. Dalam melewati setiap fase itu, individu mungkin akan menghadapi hambatan baik itu dari aspek fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spritual.

Dari seluruh fase yang terjadi selama rentang usia manusia tersebut, setiap fase memiliki peranan penting yang akan mempengaruhi fase selanjutnya dalam kehidupan. Pada makalah ini penyusun membatasi bahasannya pada perkembangan pada masa awal pubertas atau sering disebut masa remaja. Jika pada masa kanak kanak terjadi berbagai fase penting dimana mereka menduplikasi serta mengaplikasikan secara langsung apa yang mereka lihat, maka pada masa remaja juga merupakan fase penting yang merupakan fase awal mereka mencari idealisme dan jati diri, pada masa ini pula terjadi proses pembentukan mental yang akan akan mempengaruhi pandangan hidup.

Dikarenakan masa remaja ini merupakan masa transisi dimana individu harus meninggalkanmasa kanak kanak dan menuju kedewasaan, maka masalah dan hambatan itu akan kian tampak pada fase ini , salah satunya saat individu ingin merasakan kebebasan dari apa yang mengaturnya saat ia dalam fase kanak kanak namun disaat yang sama ia juga tidak ingin kehilangan perhatian, sehingga mendorong dirinya untuk melakukan pemberontakan serta penyimpangan. Karena hal inilah penting bagi kita untuk memahami kondisi yang terjadi pada masa ini.

Terdorong dengan rasa keingin tahuan dan fakta tersebut, maka penyusun memilih topik perkembangan masa remaja dalam makalah sederhana yang diberi judul “Perkembangan Masa Remaja (Awal Pubertas).

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini yaitu antara lain:
1.        Apakah yang dimaksud dengan masa remaja ?
2.        Bagaimanakah perkembangan fisik pada masa remaja ?
3.        Bagaimanakah perkembangan kognitif pada masa remaja ?
4.        Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja ?

C.      Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin diketahui pada makalah ini antara lain:
1.        Menjelaskan mengenai masa awal pubertas (remaja).
2.        Menguraikan perkembangan fisik pada masa remaja.
3.        Menguraikan perkembangan kognitif pada masa remaja.
4.        Menguraikan perkembangan sosio- emosional pada masa remaja.












BAB II
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA


A.      Pengertian Masa Awal Pubertas (Remaja)

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari kanak kanak menuju dewasa.

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Psikolog G. Stanley Hall menyatakan bahwa “adolescence is time of storm and stress” (masa remaja adalah masa yang penuh dengan badai dan tekanan jiwa) yaitu masa dimana terjadi perubahan besar bukan hanya secara fisik tapi juga intlektual dan emosional yang dipengaruhi dan berpengaruh pada lingkungannya, sehingga menimbulkan konflik bagi yang bersangkutan dan lingkungannya. Berkaitan dengan hal ini Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja merupakan perkembangan yang penuh dengan konflik.

menurut Hurlock masa reamaja awala ini berkisar pada usia 12/13 y.o – 17/18 y.o. sementara WHO masa remaja awala berkisar pada usia 10 -14 y.o. Jika melihat pada apa yang dinyatakan Hurlock dan WHO bahwa masa remaja awal itu berkisar dari usia 10 – 18 y.o. maka dalam kaca mata Islam masa usia ini bisa digolongkan pada fase Amrad dan dimulainya Fase Taklif.

Fase Amrad dimulai dari usia 10-15 y.o yaitu masa dimana seseorang disiapkan untuk menjadi khalifah di bumi, sehingga pada fase ini penting untuk diajarkan tanggung jawab dan dibekali keterampilan untuk bekalnya dimasa yang akan datang. Pada fase ini individu juga akan mencari jati dirinya sendiri, ia mulai berusaha untuk mengenal dirinya secara fisik dan psikologis. Dalam usia ini individu sudah dimungkinkan untuk belajar ilmu logika, fisik, filsafat dan astronomi.

Sedangkan fase taklif dimulai pada usia 15 tahun, dalam Islam, ketika seorang individu mencapai usia ini, maka ia sudah digolongkan dewasa dan memliki tanggung jawabnya sendiri sebagai hamba Allah juga sebagai khalifah. Bekal yang diperolehnya selama dalam fase Amrad diharapkan bisa menjadi multisolusi ketika individu mendapatkan masalah. Al ghazali menyebut fase ini sebagai fase aqil dimana akal sudah mencapai puncaknya sehingga individu sudah bisa dikenai punnishment dan reward atas apa yang dia kerjakan.

Mengacu pada pernyataan G. Stanley Hall bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan badai dan tekanan jiwa, tentu saja memberi kesan bahwa banyak sekali hal negatif yang ada pada masa ini, namun menyanggah hal itu, Daniel Offer, melalui penelitiannya menyatakan setidaknya 73% remaja menunjukan citra tubuh yang sehat, dibandingkan orang dewasa para remaja lebih menikmati hidup mereka, mereka menyatakan diri mereka sebagai orang yang bisa mengendalikan diri, menghargai kerja dan sekolah juga percaya diri terhadap segala aspek dalam dirinya.(John W. Santrock 2011 : 297)

Jacquelin Lerner dan koleganya melakukan pendekatan positif terhadap psikologi remaja, dengan mengungkapkan remaja memiliki 5 kekuatan yang disebut Five Cs, yaitu :
·           Competence
·           Confidence
·           Connection
·           Character
·           Compassion / carring

B.       Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja:
1.        Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.        Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3.        Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.        Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5.        Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Sedangkan ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992) antara lain:
1.        Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2.        Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3.        Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4.        Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5.        Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6.        Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7.        Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan.

C.      Perkembangan Fisik Psikologi Remaja

Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap fase perkembangan dalam rentang hidup individu saling mempengaruhi fase lainnya, fase remaja merupakan salah satu fase yang penting dan berdampak luas pada fase berikutnya. Pada masa remaja awal, terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat, seperti tingga badan yang mulai menyamai orang dewasa, terbentuknya otot otot dan optimalnya kerja fungsional organ tubuh tertentu. Dalam perkembangan fisik remaja ini yang paling penting dan dominan diantaranya yaitu :

1.        Perkembangan Seksual
a.         Ciri Ciri Seks Primer
Perkembangnan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada oragan testis, pembuluh yang mulai memproduksi kelenjar sperma dan prostat. Kematangan organ organ reproduksi pada pria ini memungkinkan pada usia sekitar 14 – 15 y.o  mereka mengalami wet dream . sementara pada wanita terjadi pertumbuhan yang cepat pada organ uterus dan ovarium yang mulai menghasilkan ovarium dan hormon untuk kehamilan, akibatnya terjadilah siklus menarche (menstruasi petama) yang sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan,depresi dan mudah tersinggung. Siklus haid ini biasanya telah dimulai kisaran usia 9-15 y.o.

b.        Ciri Ciri Seks Sekunder
Selain menunjukan perkembangan seks primer, individu yang mengalami pubertas juga menujukan ciri ciri seks sekunder yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai laki laki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu bulu kumis, jambang, janggut, dan pada area lainya, tumbuh jakun, suara menjadi parau dan rendah, kulit berubah menjadi kasar. Pada wanita juga mengalami petumbuhan bulu secara lebih terbatas, pertumbuhan juga terjadi pada organ yang akan memprodusi air susu serta pada daerah panggul sebagai persiapan untuk proses melahirkan.

2.        Dimensi Seks Remaja
a.         Mengembangkan Identitas Seksual
Selain mengalami perkembangan seksual secara fisik, remaja juga mengalami perkembangan seksual secara psikis, yakni munculnya perasaan seksual seperti gairah dan daya tarik dan pembentukan kesadaran terhadap identitas seksual. Sehingga perlu bagi remaja untuk mempelajari cara  menangani perasaan seksual. Beruntung dalam hal ini, Islam sebagai agama yang kamil mutakamil, telah mengcover solusi untuk setiap permasalahan umatnya, termasuk masalah remaja yang seperti ini. Islam secara tekstual dalam Al Qur’an telah menegaskan upaya preventif untuk menangani masalah perasaan seksual pada remaja, yakni dalam firmannya Qs Al Isra Allah menegaskan “Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji”

Awal dari munculnya perasaan seksual tentu saja dimulai dengan pengindraan terutama mata, sehingga Allah menyuruh kita untuk menundukan pandangan, selain itu untuk menahan syahwat (baca : gairah seksual) Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk berpuasa. Dari fakta ini bisa kita lihat bagaimana Islam telah mempersiapkan upaya pencegahan terhadap masalah masalah mendetil seperti ini.
Sementara diluar sana, katakan saja dinegara semaju negara Paman Sam, tidak ada upaya pencegahan efektif yang bisa mereka lakukan untuk menahan eksplorasi seksual yang dilakukan anak anak remajanya, sehingga mulai banyaklah anak remaja yang terindikasi Infeksi Menular Seksual (IMS), sebuah study di Amerika menyatakan bahwa lebih dari 60% remaja kelas 12 pernah melakukan hubungan seksual. Dan lebih mengerikannya lagi bahwa remaja Amerika mempresepsikan bahwa mereka akan lebih mudah diterima diantara teman sebayanya dari pada remaja tyang tidak aktif secara seks.

b.        Pengambilan Resiko Seksual Pada Masa Remaja
Melakukan hubungan seksual pada masa remaja awal, serta berbagai faktor kontekstual dan keluarga, terkait dengan masalah seksual dan hasil perkembangan yang negatif, menyebabkan meningkatnya resiko seksual berup[a meningkatnya remaja yang terkena IMS seperti gonore, sifilis, dan klamidia bahkan AIDS, meningkatnya tingkat kehamilan pada remaja dan bahkan kematian remaja.

3.        Kesehatan Fisik Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kesehatan karena banyak faktor yang berkaitan dengan kebiasaan kesehatan yang buruk . beberapa hal yang harus diperhatikan remaja adalah
a.         Kegiatan olah raga yang teratur
b.        Pola tidur
c.         Pola makan
d.        Menghindari penyalah gunaan zat addictiv (rokok, alkohol dan narkoba)

D.      Perkembangan Kognitif Masa Remaja

1.        Cara Remaja Berpikir dan Memproses Informasi
Menurut Piaget setelah mencapai usia 11 tahun anak mengalami tahap perkembangan kognitif keempat sekaligus terakhir. Pada tahap ini anak mengalami tahap operasional formal, yaitu tahap pemikiran dimana individu berpikir lebih abstrak dari tahap sebelumnya. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata sebagai jangkar untuk berpikir. Mereka dapat menalar pristiwa yang kemungkinan adalah murni hipotesis atau proposisi abstrak, dan bahkan dapat mencoba untuk melakukan penalaran secara logis tentang mereka.

Ciri dan karakteristik berpikir operasional formal adalah :
·           Secara tekstual remaja mulai dapat berpikirlogis tentang gagasan abstrak
·           Berfungsinya kegiatan kognitif yaitu membuat rencana, startegi, membuat keputusan keputusan , serta memecahkan masalah
·           Sudah mampu menggunakan abstraksi abstraksi, membedakan konkrit dengan abstrak.
·           Muncul kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
·           Memikirkan masa depan , perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya
·           Mulai menyadari proses berpikir efisien dan belajar intropeksi
·           Wawasan berpikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas dan identitas.

2.        Egosentris Remaja
Egosentris remaja  (adolescent egocentrism) adalah peningkatan kesadaran diri pada masa remaja.  Menurut  David Elkind egosentris remaja memiliki dua komponen kunci (John W. Santrock, 2011 : 348) yaitu :
a.         Imaginary audience, adalah keyakinan remaja bahwa orang lain tertarik terhadap mereka seperti mereka tertarik kepada dirinya sendiri, akibatnya mereka sering melakukan tindakan yang memancing perhatian dari orang lain.
b.        Personal Fable, adalah perasaan dirinya memiliki keunikan dan tidak terkalahkan, dan membuat tingkat percaya diri mereka melonjak serta menimbulkan perasaan bahwa dirinya kebal terhadap semua keadaan berbahaya, hal ini menarik remaja untuk melakukan kegiatan beresiko, seperti balapa, menggunakan narkoba dsb. Perasaan memiliki keunikan ini juga membuat remaja berpikir tidak ada yang bisa mengerti dirinya selain dia sendiri.

3.        Pemrosesan Informasi
Pemrosesan informasi pada remaja terfokus pada memori dan pemfungsian eksekutif.
a.         Memori Jangka Pendek
Memori jangka pendek lebih banyak difungsikan oleh remaja usia awal untuk menyelesaikan masalah analog. Pada remaja memori jangka pendek ini memiliki kapasitas ruang yang lebih besar dari pada yang lainnya, sehingga kemungkinan lebih banyak digunakan untuk memproses informasi yang diperolehnya.
b.        Working Memory
Working memory adalah teori yang menyatakan keadaan ketika individu melakukan aktifitas berpikir dengan ,melibatkan ingatan dalam waktu yang singkat dengan memanfaatkan tugas verba maupun visio spasial dalam memproses informasi.
c.         Memory Jangka Panjang
Memori jangka panjang meningkat pada usia anak anak akhir / remaja awal, dan kemungkinan akan terus meningkat, memori jangka panjang  bergantung pada proses pembelajaran anak dan partisipasinya ketika belajar dikelas dan mengingat informasi.
d.        Fungsi Eksekutif
Fungsi Eksekutif adalah jenis proses kognitif tingkat tinggi yang kompleks, karena fungsi ini mengarahkan individu untuk berpikir kritis dan mengambil keputusan, pada masa remaja pemfungsian eksekutif ini meningkat drastis, hal ini disebabkan masa remaja adalah masa meningkatnya mengambil keputusan, entah itu tentang memilih teman, pendidikan bahkan karier. Namun menurut hasil beberapa study menyatakan bahwa remaja awal tidak begitu kompeten dalam mengambil keputusan dibanding remaja akhir, dalam mengambil keputusan remaja akhir cenderung lebih memikirkan resiko logis yang akan terjadi sementara remaja awal hanya mberfikir mengenai kepuasan dirinya.

Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pengambilan keputusan pada remaja dipengaruhi dua hal, yaitu analisis dan eksperimental, sistem analisis adalah sistem dimana remaja menganalisis secara terpeinci mengenai keputusan dan dampak dari keputusan yang diambilnya, sementara sistem eksperimental  adalah dengan mengelola dan memantau pengalaman pengalaman aktual yang bermanfaat bagi pengfambilan keputusan.

4.        Karakteristik Nilai, Pendidikan Moral dan Agama Pada Remaja
a.        Nilai
Nilai adalah keyakinan dan sikap mengenai bagaimana hal hal yang seharusnya. Selama  tiga dekade terakhir, remaja menunjukan kepedulian  yang meningkat untuk kesejahteraan pribadi dan penurunan pada kepedulian terhadap orang lain. Untuk mengatasi masalah ini beberapa sekolah mengadakan program Service Lerning, yaitu suatu bentuk pendidikan yang mempromosikan tanggung jawab sosial dan pelayanan kepada masyarakat, dalam kegiatan ini remaja terlibat dalam berbagai kegitan seperti memberikan les, membantu orang tua lanjut, bekerja di rumah sakit atau membantu membersihkan kota. Tujuan dari service lerning adalah menjadikan remaja untuk menjadi kurang egois atau bahkan tidak egois dan lebih termotivasi untuk membantu orang lain.

b.        Pendidikan Moral
·           Kurikulum Tersembunyi
Dalam pendidikan Moral, Dewey mengatakan bahwa ada satu kurikulum yang disebut kurikulum tersembunyi, yaitu istilah untuk menggambarkan keyakinan bahwa bahkan ketika sekolah tidak memiliki program khusus pendidikan moral, setiap sekolah memberikan pendidikan moral.
·           Pendidikan Karakter
Pendidikan moral juga mengandung pendidikan karakter, pendidikan karakter merupakan pendekatan pendidikan secara langsung yang melibatkan pengajaran terhadap siswa mengenai keterampilan moral dasar, yang bertujuan agar remaja tidak melakukan prilaku yang tidak bermoral dan prilaku yang berbahaya bagi dirinya sendiri juga orang lain.
·           Klasifikasi Nilai
Selain itu untuk memenuhi pendidikan moral remaja harus mampu mengklasifikasikan nilai, yakni mereka didorong untuk dapat menentukan mana nilai yang baik untuk dirinya juga untuk orang lain , mereka juga didorong untuk bia merumuskan nilai nilai mereka sendiri yang bisa berguna untuk masa depannya dan memahami nilai nilai orang lain.
·           Pendidikan Moral Kognitif
Adalah suatu pendidikan moral yang diikut sertakan dalam suatu mata pelajaran, seperti pendidikan untuk demokratis dalam pendidikan kewarga negaraan,. Intinya dalam hal ini remaja  diminta untuk mengembangkan konsep konsep nilai sementara pendidik hanya berfungsi sebagai fasilisator.
·           Pendekata integratif
Yaitu pendidikan yang menekankan pendekatan integratif pada pendidikan moral yang mendalam dan komitmen terhadap keadilan serta mengembangkan karakter moral tertentu.

c.         Agama
Erik Erikson, menyatakan bahwa pada masa remaja, individu mengalami ketertarikan yang tinggi terhadap agama, menurutnya masa remaja merupakan pintu gerbang ke indentitas spiritual yang melewati batas kewajaran. Para peneliti telah menemukan bahwa agama telah membarikan banyak dampak positif dalam kehidupan remaja, terutama dalam kompetensi sosial mereka, diantara pengaruh positif itu adalah :
·           Remaja yang memiliki regiositas tinggi secara umum memiliki prestasi akademis yang lebih menonjol, serta lebih bisa mengendalikan emosinya.
·           Menurut Sinha, Cnaan dan Gelles, dalam sampel acak remaja dengan regiositas tinggi memiliki kecederungan yang rendah terhadap merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi narkoba.
·           Agama dapat menekan tingkat freesex pada remaja.

E.       Perkembangan Sosio-Emosional Pada Masa Remaja

1.        Identitas
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati diri, yang artinya dalam mas ini individu belum menemukan identitasnya dan tengah mengumpulkan identitas diri dengan segala torinya.

Erik Erikson menyebutkan bahwa pencarian identitas selama remaj dibantu oleh moratorium psikososial , yaitu kesenjangan antara keamanan masa kanak kanak dan otonomi dewasa. Pada masa ini masyarakat biasaya membiarkan remaja bebas dari tanggung jawab dan mencoba identitas yang berbeda, akibatnya remaja menjadi bereksperimen dengan peran dan kepribadian berbeda, yang bertujuan untuk mencari kecocokan mereka dengan dunianya, sehingga tidak sedikit remaja yang mengalami kebingungan identitas, Damon menyatakan bahwa dalam masa ini remaja tidak bisa ditinggalkan sendiri, melainkan harus didampingi guru atau mentor untuk bisa membantu remaja mengembangkan identitas positif.

Marcia mengelompokkan identitas kedalam empat status, yaitu :
·           Identity diffusion, yaitu individu yang belum mengalami krisis atau belum membuat komitmen apapun yang bisa ia jadikan identitas.
·           Identity disclouser, status individu yang sudah membuat komitmen tapi belum mengalami krisis
·           Identity moratorium, status individu ditengah tengah krisis , tapi komitmen hanya samar samar didefinisikan.
·           Identity achivement, adalah status individu yang mengalami krisis dan telah membuat komitmen.

2.        Perkembangan Emosional
Masa remaja digambarkan sebagai periode kekacauan emosional, dalam bentuk ektreem pandangan tersebut terlalu stereotip karena remaja tidak selalu dalam keadaan “badai dan stres.” Namun masa awal remaja adalah masa terjadinya fluktuasi emosi. Remaja bisa dengan mudah menatakan mereka tengah bahagia tapi beberapa saat kemudian mereka menyatakan mereka sedang sedih, hal tersebut mendukung persepsi bahwa mood remaja bisa mudah berubah ubah, dan penting bagi orang dewasa untuk memahami bahwa itu adalah hal yang normal bagi remaja.

Para peneliti menemukanbahwa perubahan mood  pada remaja juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor hormon, sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada masa remaja perkembangan fisik mereka terjadi lebih pesat, dan itu berpengaruh pada emosinya. Sementara lingkungan  berpengaruh dalam pembentukan emosi remaja, remaja yang berada dlam lingkungan yang kurang kondusif akan mengalami dua emosi berikut :
·           Agresif : melawan, keras kepala, suka menganggu, dll
·           Regresif : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras atau obat obatan terlarang.

Sedangkan remaja yang tinggal dilingkungan kondusif, akan bisa membantu emosi remaja menjadi :
·           Adekuasi emosi : cinta, kasih sayang, senang menolong, repek, ramah, dll.
·           Menendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak.

3.        Sifat Hubungan Orangtua dan Remaja
a.         Kemandirian
Salah stu sifat anak remaja adalah menginginkan hidup mandiri dan terlepas dari aturan orangtua, sementara orangtua menginginkan anaknya mendengarkan saran mereka. Dalam hal ini orang tua mungkin akan mengalami dilemma antar mengikuti keinginan anaknya atau tetap dalam pendiriannya, pada fase ini orang tua yang memaksakan kehendaknya justru cenderung akan kehilangan kontrol atas anaknya, maka orangtua dituntut untuk memberikan kebebasan juga pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Intinya, orangtua harus bisa menyeimbangkan antara kebebasan dan kontrol mereka terhadap anak.

Remaja awal memang tidak terlalu pandai dalam mengamil keputusan yang matang, namun seiring berjalannya waktu dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman, pada masa remaja akhir mereka akan lebih matang dalam mengambil keputusan.

b.        Kelekatan
Dalam sebuah studi ditemukan, bahwa seorang anak yang memiliki kelekatan dengan orangtua cenderung sedikit terlibat dalam prilaku bermasalah, dibanding anak yang kelekatan dengan orangtuanya kurang, termasuk dalam kemampuan menjalin hubungan dan karir, serta teman sebaya.
c.         Konflik Orangtua Vs Remaja
Konflik orangtua-remaja menungkat pada masa remaja awal. Konflik tersebut biasanya bukan konflik yang parah yang menyebabkan dilemma besar, melainkan terjadi karena permasalahan sehari hari. Meskipun sebagian remaja mengalami konflik yang tinggi degan orangtua yang sering dikaitkan dengan hal hal negatif, namun sebenarnya dengan adanya konflik ini bisa berdampak positif, orangtua bisa melakukan negosiasi dengan anak sehingga dapat meningkatkan hubungan orangtua dan anak, selain itu konflik juga bisa membantu anak dalam meningkatkan kemandirian dan identitas,serta membantu anak melewati masa transisi menuju usia dewasa.

d.        Hubungan Teman Sebaya yang Penting pada Masa Remaja
a.         Pertemanan
Pada kebanyakan anak, menjadi populer diantara teman sebaya mereka adalah motivator yang sangat kuat. Bagimanapun remaja lebih memilih untuk memiliki pertemanan yang lebih intens dengan sejumlah anak sebayanya. Dalam usia remaja, individu cenderung lebih mempercayai teman daripada orangtuanya, bahkan akan ada suatu keadaan dimana remaja memusuhi orangtuanya karena membela temannya.

Menurut Harry Stack Sullivan, teman menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sosial remaja. Secara khusus Sullivan berpendapat bahwa kebutuhan akan keintiman semakin intensif selama masa remaja awal, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat, jika remaja gagal menjalin pertemanan dekat, mereka mengalami kesepian dan rasa penghargaannya terhadap diri akan berkurang.

Fase ini sangat memerlukan bimbingan orang tua, karena bagi remaja yang belum memiliki kepastian identita sosial yang menjadi sangat patuh pada teman sebayanya karena menganggap mereka memilki kedudukan yang lebih tinggi dari pada dirinya, sehingga mengarahkan dirinya sendiri menjadi korban bullying, terlebih jika remaja itu sudah terlibat dalam suatu perkumpulan.

b.        Kencan
Ada tiga tahap yang menandai perkembangan hubungan romantis pada masa remaja, yaitu :
·           Ketertarikan terhadap hubungan romantis (11 – 13 y.o), hal ini dipicu oleh pubertas, dimana anak menjadi sangat tertarik dengan hubungan percintaan dan mulai menyukai obrolan dengan lawan jenis.
·           Mengeksplor hubungan romantis (14 – 16 y.o), pada tahap ini individu mulai melakukan hubungan romantis yang disebut kencan.
·           Menguatkan ikatan pasangan romantis (17 – 19 y.o), diusia ketika masa sekolah menengah ahir hungun romantis mulai beranjak serius dan mendekati hubungan romantis dewasa.

Kencan sudah seperti hal biasa bagi remaja, dan dianggap sebagai bagian dari perkembangannya, namun ternyata di Amerika ditemukan fakta dari hasil penelitian bahwa orang yang berkencan lebih berpotensi untuk melakukan penyalah gunaan narkotika dari pada orang yang tidak berkencan.dalam beberapa kasus kencan juga bisa memicu konflik dalam keluarga.

F.       Masalah Psikologi dan Sosio-Emosional Pada Remaja

1.        Penyimpangan Remaja
Mussen dkk, mendefinisikan penyimpangan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan penyimpangan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.

Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku penyimpangan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu :
a.         penyimpangan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. 
b.        Penyimpangan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. 
c.         Penyimpangan psikotik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum criminal yang paling berbahaya.


d.        Penyimpangan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. 

Faktor-faktor penyimpangan remaja menurut Santrock, lebih rinci dijelaskan sebagai berikut
a.         Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi. 
b.        Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. 
c.         Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.
d.        Jenis kelamin
Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. 
e.         Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. 
f.         Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
g.        Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. 
h.        Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal 
i.          Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- factor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.

Berikut ini contoh-contoh penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja :
1)   Berbohong
2)  Pergi keluar rumah tanpa pamit
3)  Keluyuran
4)  Begadang
5)  membolos sekolah
6) Berkelahi dengan teman
7)  Hubungan sex diluar nikah

2.        Depresi dan Bunuh Diri
Remaja dan orang dewasa lebih berpotensi untuk terkena depresi mayor dibanding anak anak, terutama pada usia 12 -15 y.o, dan remaja putri yang beranjak dewasa cenderung memiliki mood depresif lebih tinggi dari pada remaja laki laki. Akibatnya, remaja perempuan mengalami akumulasi perubahan dan pengalaman hidup pada tahun tahun sekolah menengah atas yang dapat meningkatkan depresi. Diantara yang dapat meningkatkan mood depresif remaja adalah :
·           Faktor keluarga yang tidak harmonis
·           Pertemanan sebaya
·           Lingkungan yang tidak kondusif

Sementara salah satu dampak dari depresi tersebut adalah bunuh diri, beberapa tahun terakhir fenomena bunuh diri merepukan salah satu penyebeb kematian paling tinggi di Amerika dan dibeberapa negara di Asia,diantara faktor yang mendorong mereka untuk bunuh diri selain akibat depresi itu sendiri diantaranya adalah rasa putus asa, rendah diri, rasa menyalahkan diri sendiri, rasa menjadi beban terhadap orang lain juga rasa kecewa terhadap kehidupan, cenderung lebih memiliki dorongan yang kuat untuk bunuh diri.

Untuk mengurangi tingkat depresi pada remaja , diantaranya dengan memberikan terapi kognitif, dengan mengingatkan mereka akan kemampuannya untuk bertahan hidup, mengkondisikan keadaan lingkungan agar sesuai dengan suhu psikologis anak, serta menjadi teman berbagi untuk remaja tersebut. Selain itu  berikut adalah beberapa program yang dapat menekan masalah remaja .
·           Perhatian Individu yang intensif, program ini melibatkan orang dewasa terdekat bagi remaja tersebut, dengan mongkondisikan agar orang dewasa membarikan perhatian khusus pada remaja itu serta mengurusi kebutuhannya secara khusus, juga menajdai tempat konseling individu dan rujukan treatment.
·           Pendekatan multiagensi masyarakat luas bersifat kolaborasi, metode ini biasa diterapkan dalam proses penanggulangan bagi kasus penyalah gunaan narkoba, dimana ada berbagai pihak yang dilibatkan untuk memberikan pendidikan komunitas.
·           Identivikasi dan intervensi dini, yakni upaya preventif dengan melakukan pendekatan pada anak anak sebalum mereka mengalami masalah yang serius.



















BAB III
SIMPULAN


A.      Simpulan

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, secara umum biasanya terjadi sekitar usia 13 – 19 y.o,l dikarenakan masa ini adalah masa peralihan, sehingga terjadi beberapa masalah yang  menyertainya. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.

Masa remaja ditandai dengan adanya banyak perubahan pada anak, dari mulai perubahan fisik yang menunjukkan kematangan organ reproduksi serta optimalnya fungsional organ organ tertentu, perubahan kognitif yang menunjukkan kemajuan cara berpikir remaja serta perubahan sosio-emosi yang berpengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan remaja tersebut. Ada banyak faktor yang harus diperhatiak selama pertumbuhan remaja, diantaranya : hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman sebaya, kondisi lingkungan serta pengetahuan kognitif anak.

Kenakalan remaja merupakan hal yang akan selalu mengiringi perkembangan remaja, karenanya oreang dewasa harus memahami kondisi remaja sehingga bisa menangani masalah kenakalan tersebut, kebebasan dan pengawasan yang seimbang merupakn kunci agar orangtua tidak kehilangan kendali atas anaknya yang tengah beranjak deasa.

B.       Saran

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada remaja . Sementara itu, orangtua harus dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran orang tua untuk menjaga, merawat, dan melindungi anak atau para remaja terlebih dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya.


DAFTAR PUSTAKA


Ali, Muhamad. Psikologi remaja.Bandung:Bumi Aksara,2005.

Darajath, Zakiah. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1970

Ening . Remaja, Problematika, Solusinya, Perkembangan Remaja, Masa Remaja. Jakarta:Sinar Mas,2010

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1980.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, Jakarta :Erlangga, 1992.

I,Muhamad. Psikologi Remaja.Bandung :Bumi Aksara,2005.

Kartini Kartono. Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali, 1989.

Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika, 2011.

Mapiare. Psikologi Masa Remaja. Surabaya : Usaha Nasional,1984

Mari’at, Samsunuwiyati. Psikologi Perkembangan. Bandung :Remaja Rosda Karya,2005.

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya, 1997.

Santrock, John W, Masa Perkembangan Anak Children. Salemba Humanika Jakarta

http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/

http://anandapriadmajha.blogspot.com/2013/05/perkembangan-masa-remaja.html/


http://www.muhammad-sabran.com/2012/10/psikologi-remaja-menurut-islam.html/



0 comments: