BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
dalam hidupnya mengalami berbagai fase perubahan yang disebut perkembangan, dimana
perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang
sedemikian rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu meliputi
psikologi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah
lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk
beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya.
Seorang
individu bisa dikatakan berhasil ketika ia bisa melewati setiap fase dalam perkembangan
itu dengan menyelesaikan tugas perkembangannya. Dalam melewati setiap fase itu,
individu mungkin akan menghadapi hambatan baik itu dari aspek fisik, kognitif, emosi,
sosial maupun spritual.
Dari seluruh
fase yang terjadi selama rentang usia manusia tersebut, setiap fase memiliki peranan
penting yang akan mempengaruhi fase selanjutnya dalam kehidupan. Pada makalah ini
penyusun membatasi bahasannya pada perkembangan pada masa awal pubertas atau sering
disebut masa remaja. Jika pada masa kanak kanak terjadi berbagai fase penting dimana
mereka menduplikasi serta mengaplikasikan secara langsung apa yang mereka lihat,
maka pada masa remaja juga merupakan fase penting yang merupakan fase awal mereka
mencari idealisme dan jati diri, pada masa ini pula terjadi proses pembentukan mental
yang akan akan mempengaruhi pandangan hidup.
Dikarenakan
masa remaja ini merupakan masa transisi dimana individu harus meninggalkanmasa kanak
kanak dan menuju kedewasaan, maka masalah dan hambatan itu akan kian tampak pada
fase ini , salah satunya saat individu ingin merasakan kebebasan dari apa yang mengaturnya
saat ia dalam fase kanak kanak namun disaat yang sama ia juga tidak ingin kehilangan
perhatian, sehingga mendorong dirinya untuk melakukan pemberontakan serta penyimpangan.
Karena hal inilah penting bagi kita untuk memahami kondisi yang terjadi pada masa
ini.
Terdorong
dengan rasa keingin tahuan dan fakta tersebut, maka penyusun memilih topik perkembangan
masa remaja dalam makalah sederhana yang diberi judul “Perkembangan Masa Remaja
(Awal Pubertas).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini yaitu antara lain:
1.
Apakah yang dimaksud dengan masa remaja ?
2.
Bagaimanakah perkembangan fisik pada masa remaja ?
3.
Bagaimanakah perkembangan kognitif pada masa remaja ?
4.
Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin diketahui pada makalah ini
antara lain:
1.
Menjelaskan mengenai masa awal pubertas (remaja).
2.
Menguraikan perkembangan fisik pada masa remaja.
3.
Menguraikan perkembangan kognitif pada masa remaja.
4.
Menguraikan perkembangan sosio- emosional pada masa remaja.
BAB II
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA
A. Pengertian Masa Awal Pubertas (Remaja)
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang
berarti to grow atau to grow maturity. Remaja didefenisikan sebagai
masa peralihan dari kanak kanak menuju dewasa.
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal
dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia
antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi
masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17
tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan
yang lebih mendekati masa dewasa.
Psikolog
G. Stanley Hall menyatakan bahwa “adolescence is time of storm and
stress” (masa remaja adalah masa yang penuh dengan badai dan tekanan
jiwa) yaitu masa dimana terjadi perubahan besar bukan hanya secara fisik tapi juga
intlektual dan emosional yang dipengaruhi dan berpengaruh pada lingkungannya, sehingga
menimbulkan konflik bagi yang bersangkutan dan lingkungannya. Berkaitan dengan hal
ini Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja
merupakan perkembangan yang penuh dengan konflik.
menurut
Hurlock masa reamaja awala ini berkisar pada usia 12/13 y.o – 17/18 y.o.
sementara WHO masa remaja awala berkisar pada usia 10 -14 y.o. Jika melihat pada
apa yang dinyatakan Hurlock dan WHO bahwa masa remaja awal itu berkisar dari usia
10 – 18 y.o. maka dalam kaca mata Islam masa usia ini bisa digolongkan pada fase
Amrad dan dimulainya Fase Taklif.
Fase Amrad
dimulai dari usia 10-15 y.o yaitu masa dimana seseorang disiapkan untuk menjadi
khalifah di bumi, sehingga pada fase ini penting untuk diajarkan tanggung jawab
dan dibekali keterampilan untuk bekalnya dimasa yang akan datang. Pada fase ini
individu juga akan mencari jati dirinya sendiri, ia mulai berusaha untuk mengenal
dirinya secara fisik dan psikologis. Dalam usia ini individu sudah dimungkinkan
untuk belajar ilmu logika, fisik, filsafat dan astronomi.
Sedangkan
fase taklif dimulai pada usia 15 tahun, dalam Islam, ketika seorang individu mencapai
usia ini, maka ia sudah digolongkan dewasa dan memliki tanggung jawabnya sendiri
sebagai hamba Allah juga sebagai khalifah. Bekal yang diperolehnya selama dalam
fase Amrad diharapkan bisa menjadi multisolusi ketika individu mendapatkan masalah.
Al ghazali menyebut fase ini sebagai fase aqil dimana akal sudah mencapai puncaknya
sehingga individu sudah bisa dikenai punnishment dan reward atas apa yang dia kerjakan.
Mengacu
pada pernyataan G. Stanley Hall bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan
badai dan tekanan jiwa, tentu saja memberi kesan bahwa banyak sekali hal negatif
yang ada pada masa ini, namun menyanggah hal itu, Daniel Offer, melalui penelitiannya
menyatakan setidaknya 73% remaja menunjukan citra tubuh yang sehat, dibandingkan
orang dewasa para remaja lebih menikmati hidup mereka, mereka menyatakan diri mereka
sebagai orang yang bisa mengendalikan diri, menghargai kerja dan sekolah juga percaya
diri terhadap segala aspek dalam dirinya.(John W. Santrock 2011 : 297)
Jacquelin
Lerner dan koleganya melakukan pendekatan positif terhadap psikologi remaja, dengan
mengungkapkan remaja memiliki 5 kekuatan yang disebut Five Cs, yaitu :
·
Competence
·
Confidence
·
Connection
·
Character
·
Compassion / carring
B. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan
yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang
terjadi selama masa remaja:
1.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa
ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka
diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3.
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari
masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal
ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal
yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang
sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5.
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Sedangkan ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992) antara lain:
1.
Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu
perubahan-perubahan yang dialami masa
remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2.
Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini
berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai
orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya
untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan
sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3.
Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan
tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai
yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5.
Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.
Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang
baik. Hal ini yang
membuat banyak orang tua menjadi takut.
6.
Masa remaja adalah masa yang tidak realistik.
Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat
dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana
adanya terlebih dalam cita-cita.
7.
Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami
kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia
sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa,
yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan.
C. Perkembangan Fisik Psikologi Remaja
Seperti
yang telah dijelaskan bahwa setiap fase perkembangan dalam rentang hidup individu
saling mempengaruhi fase lainnya, fase remaja merupakan salah satu fase yang penting
dan berdampak luas pada fase berikutnya. Pada masa remaja awal, terjadi pertumbuhan
fisik yang sangat pesat, seperti tingga badan yang mulai menyamai orang dewasa,
terbentuknya otot otot dan optimalnya kerja fungsional organ tubuh tertentu. Dalam
perkembangan fisik remaja ini yang paling penting dan dominan diantaranya yaitu
:
1.
Perkembangan
Seksual
a.
Ciri Ciri
Seks Primer
Perkembangnan
psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada oragan testis, pembuluh yang
mulai memproduksi kelenjar sperma dan prostat. Kematangan organ organ reproduksi
pada pria ini memungkinkan pada usia sekitar 14 – 15 y.o mereka mengalami wet dream . sementara
pada wanita terjadi pertumbuhan yang cepat pada organ uterus dan ovarium yang mulai
menghasilkan ovarium dan hormon untuk kehamilan, akibatnya terjadilah siklus menarche (menstruasi petama) yang sering diiringi dengan
sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan,depresi dan mudah tersinggung. Siklus haid
ini biasanya telah dimulai kisaran usia 9-15 y.o.
b.
Ciri Ciri
Seks Sekunder
Selain menunjukan
perkembangan seks primer, individu yang mengalami pubertas juga menujukan ciri ciri
seks sekunder yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai laki laki
atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu bulu kumis, jambang, janggut,
dan pada area lainya, tumbuh jakun, suara menjadi parau dan rendah, kulit berubah
menjadi kasar. Pada wanita juga mengalami petumbuhan bulu secara lebih terbatas,
pertumbuhan juga terjadi pada organ yang akan memprodusi air susu serta pada daerah
panggul sebagai persiapan untuk proses melahirkan.
2.
Dimensi
Seks Remaja
a.
Mengembangkan
Identitas Seksual
Selain mengalami
perkembangan seksual secara fisik, remaja juga mengalami perkembangan seksual secara
psikis, yakni munculnya perasaan seksual seperti gairah dan daya tarik dan pembentukan
kesadaran terhadap identitas seksual. Sehingga perlu bagi remaja untuk mempelajari
cara menangani perasaan seksual. Beruntung
dalam hal ini, Islam sebagai agama yang kamil mutakamil, telah mengcover solusi
untuk setiap permasalahan umatnya, termasuk masalah remaja yang seperti ini. Islam
secara tekstual dalam Al Qur’an telah menegaskan upaya preventif untuk menangani
masalah perasaan seksual pada remaja, yakni dalam firmannya Qs Al Isra Allah menegaskan
“Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji”
Awal dari
munculnya perasaan seksual tentu saja dimulai dengan pengindraan terutama mata,
sehingga Allah menyuruh kita untuk menundukan pandangan, selain itu untuk menahan
syahwat (baca : gairah seksual) Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk berpuasa.
Dari fakta ini bisa kita lihat bagaimana Islam telah mempersiapkan upaya pencegahan
terhadap masalah masalah mendetil seperti ini.
Sementara
diluar sana, katakan saja dinegara semaju negara Paman Sam, tidak ada upaya pencegahan
efektif yang bisa mereka lakukan untuk menahan eksplorasi seksual yang dilakukan
anak anak remajanya, sehingga mulai banyaklah anak remaja yang terindikasi Infeksi
Menular Seksual (IMS), sebuah study di Amerika menyatakan bahwa lebih dari 60% remaja
kelas 12 pernah melakukan hubungan seksual. Dan lebih mengerikannya lagi bahwa remaja
Amerika mempresepsikan bahwa mereka akan lebih mudah diterima diantara teman sebayanya
dari pada remaja tyang tidak aktif secara seks.
b.
Pengambilan
Resiko Seksual Pada Masa Remaja
Melakukan
hubungan seksual pada masa remaja awal, serta berbagai faktor kontekstual dan keluarga,
terkait dengan masalah seksual dan hasil perkembangan yang negatif, menyebabkan
meningkatnya resiko seksual berup[a meningkatnya remaja yang terkena IMS seperti
gonore, sifilis, dan klamidia bahkan AIDS, meningkatnya tingkat kehamilan pada remaja
dan bahkan kematian remaja.
3.
Kesehatan
Fisik Remaja
Masa remaja
merupakan masa yang penting dalam kesehatan karena banyak faktor yang berkaitan
dengan kebiasaan kesehatan yang buruk . beberapa hal yang harus diperhatikan remaja
adalah
a.
Kegiatan olah raga yang teratur
b.
Pola tidur
c.
Pola makan
d.
Menghindari penyalah gunaan zat addictiv (rokok, alkohol dan narkoba)
D. Perkembangan Kognitif Masa Remaja
1.
Cara Remaja
Berpikir dan Memproses Informasi
Menurut
Piaget setelah mencapai usia 11 tahun anak mengalami tahap perkembangan kognitif
keempat sekaligus terakhir. Pada tahap ini anak mengalami tahap operasional formal,
yaitu tahap pemikiran dimana individu berpikir lebih abstrak dari tahap sebelumnya.
Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata sebagai jangkar untuk berpikir.
Mereka dapat menalar pristiwa yang kemungkinan adalah murni hipotesis atau proposisi
abstrak, dan bahkan dapat mencoba untuk melakukan penalaran secara logis tentang
mereka.
Ciri dan
karakteristik berpikir operasional formal adalah :
·
Secara tekstual remaja mulai dapat berpikirlogis tentang gagasan abstrak
·
Berfungsinya kegiatan kognitif yaitu membuat rencana, startegi, membuat keputusan
keputusan , serta memecahkan masalah
·
Sudah mampu menggunakan abstraksi abstraksi, membedakan konkrit dengan abstrak.
·
Muncul kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
·
Memikirkan masa depan , perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya
·
Mulai menyadari proses berpikir efisien dan belajar intropeksi
·
Wawasan berpikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas
dan identitas.
2.
Egosentris
Remaja
Egosentris
remaja (adolescent egocentrism) adalah peningkatan
kesadaran diri pada masa remaja. Menurut David Elkind egosentris remaja memiliki dua komponen
kunci (John W. Santrock, 2011 : 348) yaitu :
a.
Imaginary
audience, adalah keyakinan
remaja bahwa orang lain tertarik terhadap mereka seperti mereka tertarik kepada
dirinya sendiri, akibatnya mereka sering melakukan tindakan yang memancing perhatian
dari orang lain.
b.
Personal
Fable, adalah perasaan
dirinya memiliki keunikan dan tidak terkalahkan, dan membuat tingkat percaya diri
mereka melonjak serta menimbulkan perasaan bahwa dirinya kebal terhadap semua keadaan
berbahaya, hal ini menarik remaja untuk melakukan kegiatan beresiko, seperti balapa,
menggunakan narkoba dsb. Perasaan memiliki keunikan ini juga membuat remaja berpikir
tidak ada yang bisa mengerti dirinya selain dia sendiri.
3.
Pemrosesan
Informasi
Pemrosesan
informasi pada remaja terfokus pada memori dan pemfungsian eksekutif.
a.
Memori Jangka
Pendek
Memori jangka pendek lebih banyak difungsikan oleh remaja
usia awal untuk menyelesaikan masalah analog. Pada remaja memori jangka pendek ini
memiliki kapasitas ruang yang lebih besar dari pada yang lainnya, sehingga kemungkinan
lebih banyak digunakan untuk memproses informasi yang diperolehnya.
b.
Working
Memory
Working memory adalah teori yang menyatakan keadaan ketika
individu melakukan aktifitas berpikir dengan ,melibatkan ingatan dalam waktu yang
singkat dengan memanfaatkan tugas verba maupun visio spasial dalam memproses informasi.
c.
Memory Jangka
Panjang
Memori jangka panjang meningkat pada usia anak anak akhir
/ remaja awal, dan kemungkinan akan terus meningkat, memori jangka panjang bergantung pada proses pembelajaran anak dan partisipasinya
ketika belajar dikelas dan mengingat informasi.
d.
Fungsi Eksekutif
Fungsi Eksekutif adalah jenis proses kognitif tingkat tinggi
yang kompleks, karena fungsi ini mengarahkan individu untuk berpikir kritis dan
mengambil keputusan, pada masa remaja pemfungsian eksekutif ini meningkat drastis,
hal ini disebabkan masa remaja adalah masa meningkatnya mengambil keputusan, entah
itu tentang memilih teman, pendidikan bahkan karier. Namun menurut hasil beberapa
study menyatakan bahwa remaja awal tidak begitu kompeten dalam mengambil keputusan
dibanding remaja akhir, dalam mengambil keputusan remaja akhir cenderung lebih memikirkan
resiko logis yang akan terjadi sementara remaja awal hanya mberfikir mengenai kepuasan
dirinya.
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pengambilan keputusan
pada remaja dipengaruhi dua hal, yaitu analisis dan eksperimental, sistem analisis
adalah sistem dimana remaja menganalisis secara terpeinci mengenai keputusan dan
dampak dari keputusan yang diambilnya, sementara sistem eksperimental adalah dengan mengelola dan memantau pengalaman
pengalaman aktual yang bermanfaat bagi pengfambilan keputusan.
4.
Karakteristik
Nilai, Pendidikan Moral dan Agama Pada Remaja
a.
Nilai
Nilai adalah
keyakinan dan sikap mengenai bagaimana hal hal yang seharusnya. Selama tiga dekade terakhir, remaja menunjukan kepedulian yang meningkat untuk kesejahteraan pribadi dan
penurunan pada kepedulian terhadap orang lain. Untuk mengatasi masalah ini beberapa
sekolah mengadakan program Service Lerning, yaitu suatu bentuk pendidikan yang mempromosikan
tanggung jawab sosial dan pelayanan kepada masyarakat, dalam kegiatan ini remaja
terlibat dalam berbagai kegitan seperti memberikan les, membantu orang tua lanjut,
bekerja di rumah sakit atau membantu membersihkan kota. Tujuan dari service lerning
adalah menjadikan remaja untuk menjadi kurang egois atau bahkan tidak egois dan
lebih termotivasi untuk membantu orang lain.
b.
Pendidikan
Moral
·
Kurikulum Tersembunyi
Dalam pendidikan Moral, Dewey mengatakan bahwa ada satu
kurikulum yang disebut kurikulum tersembunyi, yaitu istilah untuk menggambarkan
keyakinan bahwa bahkan ketika sekolah tidak memiliki program khusus pendidikan moral,
setiap sekolah memberikan pendidikan moral.
·
Pendidikan Karakter
Pendidikan moral juga mengandung pendidikan karakter, pendidikan
karakter merupakan pendekatan pendidikan secara langsung yang melibatkan pengajaran
terhadap siswa mengenai keterampilan moral dasar, yang bertujuan agar remaja tidak
melakukan prilaku yang tidak bermoral dan prilaku yang berbahaya bagi dirinya sendiri
juga orang lain.
·
Klasifikasi Nilai
Selain itu untuk memenuhi pendidikan moral remaja harus
mampu mengklasifikasikan nilai, yakni mereka didorong untuk dapat menentukan mana
nilai yang baik untuk dirinya juga untuk orang lain , mereka juga didorong untuk
bia merumuskan nilai nilai mereka sendiri yang bisa berguna untuk masa depannya
dan memahami nilai nilai orang lain.
·
Pendidikan Moral Kognitif
Adalah suatu pendidikan moral yang diikut sertakan dalam
suatu mata pelajaran, seperti pendidikan untuk demokratis dalam pendidikan kewarga
negaraan,. Intinya dalam hal ini remaja diminta
untuk mengembangkan konsep konsep nilai sementara pendidik hanya berfungsi sebagai
fasilisator.
·
Pendekata integratif
Yaitu pendidikan yang menekankan pendekatan integratif
pada pendidikan moral yang mendalam dan komitmen terhadap keadilan serta mengembangkan
karakter moral tertentu.
c.
Agama
Erik Erikson,
menyatakan bahwa pada masa remaja, individu mengalami ketertarikan yang tinggi terhadap
agama, menurutnya masa remaja merupakan pintu gerbang ke indentitas spiritual yang
melewati batas kewajaran. Para peneliti telah menemukan bahwa agama telah membarikan
banyak dampak positif dalam kehidupan remaja, terutama dalam kompetensi sosial mereka,
diantara pengaruh positif itu adalah :
·
Remaja yang memiliki regiositas tinggi secara umum memiliki prestasi akademis
yang lebih menonjol, serta lebih bisa mengendalikan emosinya.
·
Menurut Sinha, Cnaan dan Gelles, dalam sampel acak remaja dengan regiositas
tinggi memiliki kecederungan yang rendah terhadap merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi
narkoba.
·
Agama dapat menekan tingkat freesex pada remaja.
E. Perkembangan Sosio-Emosional Pada Masa Remaja
1.
Identitas
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati diri,
yang artinya dalam mas ini individu belum menemukan identitasnya dan tengah mengumpulkan
identitas diri dengan segala torinya.
Erik Erikson
menyebutkan bahwa pencarian identitas selama remaj dibantu oleh moratorium psikososial
, yaitu kesenjangan antara keamanan masa kanak kanak dan otonomi dewasa. Pada masa
ini masyarakat biasaya membiarkan remaja bebas dari tanggung jawab dan mencoba identitas
yang berbeda, akibatnya remaja menjadi bereksperimen dengan peran dan kepribadian
berbeda, yang bertujuan untuk mencari kecocokan mereka dengan dunianya, sehingga
tidak sedikit remaja yang mengalami kebingungan identitas, Damon menyatakan bahwa
dalam masa ini remaja tidak bisa ditinggalkan sendiri, melainkan harus didampingi
guru atau mentor untuk bisa membantu remaja mengembangkan identitas positif.
Marcia mengelompokkan
identitas kedalam empat status, yaitu :
·
Identity diffusion, yaitu individu yang belum mengalami krisis atau belum membuat
komitmen apapun yang bisa ia jadikan identitas.
·
Identity disclouser, status individu yang sudah membuat komitmen tapi belum
mengalami krisis
·
Identity moratorium, status individu ditengah tengah krisis , tapi komitmen
hanya samar samar didefinisikan.
·
Identity achivement, adalah status individu yang mengalami krisis dan telah
membuat komitmen.
2.
Perkembangan
Emosional
Masa remaja
digambarkan sebagai periode kekacauan emosional, dalam bentuk ektreem pandangan
tersebut terlalu stereotip karena remaja tidak selalu dalam keadaan “badai dan stres.”
Namun masa awal remaja adalah masa terjadinya fluktuasi emosi. Remaja bisa dengan
mudah menatakan mereka tengah bahagia tapi beberapa saat kemudian mereka menyatakan
mereka sedang sedih, hal tersebut mendukung persepsi bahwa mood remaja bisa mudah berubah ubah, dan penting bagi orang
dewasa untuk memahami bahwa itu adalah hal yang normal bagi remaja.
Para peneliti
menemukanbahwa perubahan mood pada remaja juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan faktor hormon, sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada masa remaja perkembangan
fisik mereka terjadi lebih pesat, dan itu berpengaruh pada emosinya. Sementara lingkungan berpengaruh dalam pembentukan emosi remaja, remaja
yang berada dlam lingkungan yang kurang kondusif akan mengalami dua emosi berikut
:
·
Agresif : melawan, keras kepala, suka menganggu, dll
·
Regresif : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang,
minuman keras atau obat obatan terlarang.
Sedangkan
remaja yang tinggal dilingkungan kondusif, akan bisa membantu emosi remaja menjadi
:
·
Adekuasi emosi : cinta, kasih sayang, senang menolong, repek, ramah, dll.
·
Menendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik,
tidak meledak ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak.
3.
Sifat Hubungan
Orangtua dan Remaja
a.
Kemandirian
Salah stu
sifat anak remaja adalah menginginkan hidup mandiri dan terlepas dari aturan orangtua,
sementara orangtua menginginkan anaknya mendengarkan saran mereka. Dalam hal ini
orang tua mungkin akan mengalami dilemma antar mengikuti keinginan anaknya atau
tetap dalam pendiriannya, pada fase ini orang tua yang memaksakan kehendaknya justru
cenderung akan kehilangan kontrol atas anaknya, maka orangtua dituntut untuk memberikan
kebebasan juga pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Intinya, orangtua harus bisa
menyeimbangkan antara kebebasan dan kontrol mereka terhadap anak.
Remaja awal
memang tidak terlalu pandai dalam mengamil keputusan yang matang, namun seiring
berjalannya waktu dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman, pada masa remaja
akhir mereka akan lebih matang dalam mengambil keputusan.
b.
Kelekatan
Dalam sebuah
studi ditemukan, bahwa seorang anak yang memiliki kelekatan dengan orangtua cenderung
sedikit terlibat dalam prilaku bermasalah, dibanding anak yang kelekatan dengan
orangtuanya kurang, termasuk dalam kemampuan menjalin hubungan dan karir, serta
teman sebaya.
c.
Konflik
Orangtua Vs Remaja
Konflik
orangtua-remaja menungkat pada masa remaja awal. Konflik tersebut biasanya bukan
konflik yang parah yang menyebabkan dilemma besar, melainkan terjadi karena permasalahan
sehari hari. Meskipun sebagian remaja mengalami konflik yang tinggi degan orangtua
yang sering dikaitkan dengan hal hal negatif, namun sebenarnya dengan adanya konflik
ini bisa berdampak positif, orangtua bisa melakukan negosiasi dengan anak sehingga
dapat meningkatkan hubungan orangtua dan anak, selain itu konflik juga bisa membantu
anak dalam meningkatkan kemandirian dan identitas,serta membantu anak melewati masa
transisi menuju usia dewasa.
d.
Hubungan
Teman Sebaya yang Penting pada Masa Remaja
a.
Pertemanan
Pada kebanyakan
anak, menjadi populer diantara teman sebaya mereka adalah motivator yang sangat
kuat. Bagimanapun remaja lebih memilih untuk memiliki pertemanan yang lebih intens
dengan sejumlah anak sebayanya. Dalam usia remaja, individu cenderung lebih mempercayai
teman daripada orangtuanya, bahkan akan ada suatu keadaan dimana remaja memusuhi
orangtuanya karena membela temannya.
Menurut
Harry Stack Sullivan, teman menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sosial
remaja. Secara khusus Sullivan berpendapat bahwa kebutuhan akan keintiman semakin
intensif selama masa remaja awal, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat, jika
remaja gagal menjalin pertemanan dekat, mereka mengalami kesepian dan rasa penghargaannya
terhadap diri akan berkurang.
Fase ini
sangat memerlukan bimbingan orang tua, karena bagi remaja yang belum memiliki kepastian
identita sosial yang menjadi sangat patuh pada teman sebayanya karena menganggap
mereka memilki kedudukan yang lebih tinggi dari pada dirinya, sehingga mengarahkan
dirinya sendiri menjadi korban bullying, terlebih jika remaja itu sudah terlibat
dalam suatu perkumpulan.
b.
Kencan
Ada tiga
tahap yang menandai perkembangan hubungan romantis pada masa remaja, yaitu :
·
Ketertarikan terhadap hubungan romantis (11 – 13 y.o), hal ini dipicu oleh pubertas,
dimana anak menjadi sangat tertarik dengan hubungan percintaan dan mulai menyukai
obrolan dengan lawan jenis.
·
Mengeksplor hubungan romantis (14 – 16 y.o), pada tahap ini individu mulai melakukan
hubungan romantis yang disebut kencan.
·
Menguatkan ikatan pasangan romantis (17 – 19 y.o), diusia ketika masa sekolah
menengah ahir hungun romantis mulai beranjak serius dan mendekati hubungan romantis
dewasa.
Kencan sudah
seperti hal biasa bagi remaja, dan dianggap sebagai bagian dari perkembangannya,
namun ternyata di Amerika ditemukan fakta dari hasil penelitian bahwa orang yang
berkencan lebih berpotensi untuk melakukan penyalah gunaan narkotika dari pada orang
yang tidak berkencan.dalam beberapa kasus kencan juga bisa memicu konflik dalam
keluarga.
F. Masalah Psikologi dan Sosio-Emosional Pada Remaja
1.
Penyimpangan Remaja
Mussen dkk, mendefinisikan penyimpangan remaja sebagai perilaku yang
melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang
berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan
mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan penyimpangan remaja
adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan
tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku penyimpangan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu :
a.
penyimpangan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya
mereka tidak menderita kerusakan psikologis.
b.
Penyimpangan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara
lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa
dan lain sebagainya.
c.
Penyimpangan psikotik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum criminal yang paling
berbahaya.
d.
Penyimpangan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera,
cacat, kurang.
Faktor-faktor penyimpangan remaja menurut Santrock, lebih rinci dijelaskan
sebagai berikut
a.
Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (Santrock, 1996)
masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas
harus di atasi.
b.
Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk
mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
c.
Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan
penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak
yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.
d.
Jenis kelamin
Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada
perempuan.
e.
Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang
rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu
bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah
cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.
f.
Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap
aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih
sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
g.
Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko
remaja untuk menjadi nakal.
h.
Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas
sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di
antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak
privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal
i.
Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja.
Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati
berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau
penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering
ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas
menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang
terorganisir adalah faktor- factor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan
dengan kenakalan remaja.
Berikut ini contoh-contoh penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja :
1) Berbohong
2) Pergi keluar rumah tanpa pamit
3) Keluyuran
4) Begadang
5) membolos sekolah
6) Berkelahi dengan teman
7) Hubungan sex diluar nikah
2.
Depresi
dan Bunuh Diri
Remaja dan
orang dewasa lebih berpotensi untuk terkena depresi mayor dibanding anak anak, terutama
pada usia 12 -15 y.o, dan remaja putri yang beranjak dewasa cenderung memiliki mood
depresif lebih tinggi dari pada remaja laki laki. Akibatnya, remaja perempuan mengalami
akumulasi perubahan dan pengalaman hidup pada tahun tahun sekolah menengah atas
yang dapat meningkatkan depresi. Diantara yang dapat meningkatkan mood depresif
remaja adalah :
·
Faktor keluarga yang tidak harmonis
·
Pertemanan sebaya
·
Lingkungan yang tidak kondusif
Sementara
salah satu dampak dari depresi tersebut adalah bunuh diri, beberapa tahun terakhir
fenomena bunuh diri merepukan salah satu penyebeb kematian paling tinggi di Amerika
dan dibeberapa negara di Asia,diantara faktor yang mendorong mereka untuk bunuh
diri selain akibat depresi itu sendiri diantaranya adalah rasa putus asa, rendah
diri, rasa menyalahkan diri sendiri, rasa menjadi beban terhadap orang lain juga
rasa kecewa terhadap kehidupan, cenderung lebih memiliki dorongan yang kuat untuk
bunuh diri.
Untuk mengurangi
tingkat depresi pada remaja , diantaranya dengan memberikan terapi kognitif, dengan
mengingatkan mereka akan kemampuannya untuk bertahan hidup, mengkondisikan keadaan
lingkungan agar sesuai dengan suhu psikologis anak, serta menjadi teman berbagi
untuk remaja tersebut. Selain itu berikut
adalah beberapa program yang dapat menekan masalah remaja .
·
Perhatian Individu yang intensif, program ini melibatkan orang dewasa terdekat
bagi remaja tersebut, dengan mongkondisikan agar orang dewasa membarikan perhatian
khusus pada remaja itu serta mengurusi kebutuhannya secara khusus, juga menajdai
tempat konseling individu dan rujukan treatment.
·
Pendekatan multiagensi masyarakat luas bersifat kolaborasi, metode ini biasa
diterapkan dalam proses penanggulangan bagi kasus penyalah gunaan narkoba, dimana
ada berbagai pihak yang dilibatkan untuk memberikan pendidikan komunitas.
·
Identivikasi dan intervensi dini, yakni upaya preventif dengan melakukan pendekatan
pada anak anak sebalum mereka mengalami masalah yang serius.
BAB III
SIMPULAN
A.
Simpulan
Masa remaja
adalah masa transisi dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, secara umum biasanya
terjadi sekitar usia 13 – 19 y.o,l dikarenakan masa ini adalah masa peralihan, sehingga
terjadi beberapa masalah yang menyertainya.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku
remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok
(teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.
Masa remaja
ditandai dengan adanya banyak perubahan pada anak, dari mulai perubahan fisik yang
menunjukkan kematangan organ reproduksi serta optimalnya fungsional organ organ
tertentu, perubahan kognitif yang menunjukkan kemajuan cara berpikir remaja serta
perubahan sosio-emosi yang berpengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan remaja tersebut.
Ada banyak faktor yang harus diperhatiak selama pertumbuhan remaja, diantaranya
: hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman sebaya, kondisi lingkungan serta
pengetahuan kognitif anak.
Kenakalan
remaja merupakan hal yang akan selalu mengiringi perkembangan remaja, karenanya
oreang dewasa harus memahami kondisi remaja sehingga bisa menangani masalah kenakalan
tersebut, kebebasan dan pengawasan yang seimbang merupakn kunci agar orangtua tidak
kehilangan kendali atas anaknya yang tengah beranjak deasa.
B.
Saran
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik batin maupun psikis.
Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada remaja .
Sementara itu, orangtua harus dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja
sebagaimana peran orang tua untuk menjaga, merawat, dan melindungi anak atau
para remaja terlebih dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhamad. Psikologi remaja.Bandung:Bumi Aksara,2005.
Darajath,
Zakiah. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1970
Ening .
Remaja, Problematika, Solusinya, Perkembangan Remaja, Masa Remaja.
Jakarta:Sinar Mas,2010
Hurlock,
Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1980.
Hurlock,
Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan, Jakarta :Erlangga, 1992.
I,Muhamad.
Psikologi Remaja.Bandung :Bumi Aksara,2005.
Kartini
Kartono. Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali, 1989.
Kusmiran,
Eny. Kesehatan Reproduksi remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika, 2011.
Mapiare.
Psikologi Masa Remaja. Surabaya : Usaha Nasional,1984
Mari’at,
Samsunuwiyati. Psikologi Perkembangan. Bandung :Remaja Rosda Karya,2005.
Muhibbin
Syah. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya, 1997.
Santrock, John W, Masa Perkembangan Anak Children.
Salemba Humanika Jakarta
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/
http://anandapriadmajha.blogspot.com/2013/05/perkembangan-masa-remaja.html/
http://www.muhammad-sabran.com/2012/10/psikologi-remaja-menurut-islam.html/
0 comments:
Post a Comment