INTERSEKSI SUKU DAN PROFESI PEDAGANG KULINER
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
adalah Negara yang merupakan salah satu Negara dengan masyarakat multikultural.
Hal ini dapat kita lihat dari wilayah yang terpisah-pisah yang menghasilkan
masyarakat dengan berbagai suku, agama, bahasa, adat istiadat, budaya, dan lain
sebagainya. Latar belakang manusia yang berbeda-beda baik itu mengenai
asal usul, pendidikan, keturunan, jabatan dan lainnya akan membentuk suatu
struktur masyarakat yang dapat membedakan status manusia didalam kehidupan
bermasyarakat secara vertikal (stratifikasi sosial) maupun horizontal
(differensiasi sosial). Kenyataan ini akan memberikan dampak yang beraneka ragam dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dalam
masyarakat multicultural seseorang pasti akan saling membutuhkan satu sama lain
yang sehingga akan membentuk sebuah cara untuk berhubunaan diantara masyarakat
tersebut. Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila
orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila
ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses
sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi
kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik,
politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
Indonesia
menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat
seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga
kemasyrakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta
perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana dikehendaki masyarakat bersangkutan.
Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau
gejala-gejala patologis
Sebuah interaksi sosial terdapat perubahan-perubahan
diantara masyarakat yang merupakan wujud atau hasil dari proses sosial seperti
asimilai, akulturasi, konsulidasi dan interseksi. Interseksi merupakan hasil
proses interaksi yang sangat mempengaruhi masyarakat di dalam kegiatan
sehari-hari. Interseksi adalah persilangan atau pertemuan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi baik berupa suku, agama, jenis kelamin, kelas sosial, dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Apakah yang dimaksud dengan definisi interseksi
social.
2.
Bagaimanakan proses dari interseksi social
3.
Apakah saluran-saluran di dalam proses
interseksi social
4.
Bagaimanakah interseksi suku dan profesi
pedagang di pasar perumnas way halim permai Bandar lampung
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1.
Mengetahui definisi, saluran, dampak, proses,
dan teori interseksi social.
2.
Mengetahui interseksi antara suku dan profesi
pedagang di pasar perumnas way halim permai Bandar lampung
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Interseksi
Sosial
1.
Pengertian
Dalam Sosiologi, interseksi adalah persilangan atau
pertemuan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi baik
berupa suku, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.
Menurut
Soerjono Soekanto, dalam kamus sosiologi, section atau seksi adalah suatu
golongan etnis dalam suatu masyarakat yang majemuk, misalnya etnis Sunda, Jawa,
Bugis, Minang dan lain-lain. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa
interseksi merupakan persilangan atau pertemuan keanggotaan suatu kelompok
sosial dari berbagai seksi baik berupa suku, agama, jenis kelamin, kelas sosial
dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.
Secara
sederhana, perbedaan suku bangsa, agama, ras daerah dan kelas sosial saling
silang-menyilang satu sama lain, sehingga menghasilkan golongan-golongan yang
juga saling silang menyilang. Oleh sebab itu, di banyak daerah, penggolongan
individu-individu akan sekaligus menempatkan seseorang atau kelompok masyarakat
pada beberapa kriteria.
Suatu interseksi terbentuk melalui interaksi sosial atau pergaulan yang intensif dari
anggota-anggotanya melalui sarana pergaulan dalam kebudayaan manusia, antara lain bahasa, kesenian, sarana transportasi, pasar, sekolah. Dalam memanfaatkan sarana-sarana
interseksi sosial itu, anggota masyarakat dari latar belakang ras, agama, suku, jenis kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan, atau keturunan berbeda-beda dapat
bersama-sama menjadi anggota suatu kelompok sosial tertentu atau menjadi
penganut agama tertentu. Contohnya dalam
masyarakat kita, terutama yang hidup di kota-kota besar umumnya terdiri dari
orang-orang yang berasal dari berbagai suku bangsa, seperti Jawa, Batak,
Minang, dan Bali dengan adat istiadat dan bahasa yang berbeda satu sama lain.
Antara berbagai kelompok suku bangsa itu bersilangan keanggotaan dengan
kelompok agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Persilangan
itu terjadi karena suku Jawa menganut agama Kristen, Islam, Katolik, Hindu, dan
Buddha, begitupun suku bangsa yang lain juga menganut agama-agama tersebut.
Dengan demikian terjadi persilangan antara suku bangsa dengan agama.
Dalam masyarakat, hal yang terpenting untuk terjadinya
interseksi antara unsur-unsur masyarakat yang berbeda-beda itu adalah adanya
sarana-sarana pergaulan di antara mereka, sehingga terjadi komunikasi di antara
warga masyarakat yang berasal dari berbagai golongan sosial maupun golongan
etnik. Sarana-sarana pergaulan itu antara lain melalui bahasa nasional (Bahasa
Indonesia), pelabuhan, pasar, sekolah atau universitas, perkawinan campuran, dan
transmigrasi. Karena adanya saranasarana pergaulan ini, warga masyarakat yang
mempunyai latar belakang ras atau suku bangsa yang berbeda-beda dapat
bersama-sama menjadi suatu golongan atau kelompok social tertentu, atau menjadi
penganut suatu agama tertentu. Keadaan seperti inilah yang disebut dengan
interseksi keanggotaan anggota-anggota masyarakat di dalam kelompok sosial.
Mereka yang berbeda-beda dalam hal suku bangsa dan agamanya tidak dengan
sendirinya identik dengan suatu lapisan tertentu dalam pelapisan masyarakat.
2.
Saluran-Saluran
Interseksi
Persilangan keanggotaan suatu
kelompok sosial dari berbagai seksi tidak terjadi begitu saja namun dibantu
dengan adanya interaksi di antara berbagai seksi. Interaksi antara satu seksi
dengan seksi lainnya dapat dilakukan melalui hubungan ekonomi, sosial, dan
politik.
3.
Dampak interseksi sosial
Sebagai
suatu proses sosial, interseksi mempunyai akibat terhadap kemajemukan
masyarakat, diantaranya:
a.
Akibat dari pembentukan kelompok sosial dari
seksi yang berbeda-beda adalah semakin kuatnya hubungan atau ikatan
antaranggota sambil untuk sementara mengabaikan perbedaan-perbedaan horizontal
maupun vertikal di antara mereka. Dengan demikian, diferensiasi di dalam
masyarakat menjadi hal yang diangap wajar karena mereka dapat saling bergaul
intensif dan saling memaklumi hal-hal tertentu. Selain itu, interseksi dapat
menghasilkan kelompok sosial baru dengan kriteria yang baru pula, misalnya para
pengguna Wikipedia akan mengabaikan perbedaan yang menyangkut suku, ras, dan
agama yang mereka anut ketika berkumpul dengan kelompoknya. Selain itu juga meningkatkan solidaritas, sebab
individu dari suku, ras, agama, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan
pekerjaan yang berbeda-beda akan bergabung membentuk kelompok sosial
berdasarkan kriteria lainnya.
b. Menimbulkan potensi konflik, jika
perbedaan-perbedaan yang mereka miliki lebih menonjol dan semakin tajam.
Misalnya, jika perbedaan latar belakang suku, agama, dan status orang tua lebih
menonjol dalam suatu organisasi pelajar, maka konflik yang berakhir pada
perpecahan pasti akan terjadi dalam organisasi tersebut. Jika
perbedaan-perbedaan yang mereka miliki lebih menonjol dan semakin
tajam.Misalnya jika perbedaan latar belakang suku, agama, dan status orang tua
lebih menonjol dalam suatu organisasi pelajar, maka konflik yang berakhir pada
perpecahan pasti akan terjadi dalam organisasi tersebut. Konflik dapat pula
terjadi dalam masyarakat luas yang menempati suatu komplek perumahan, sebab
mereka berasal dari berbagai latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda
4.
Proses interseksi sosial
Persilangan
keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi tidak terjadi begitu saja
namun dibantu dengan adanya interaksi di antara berbagai seksi. Interaksi
antara satu seksi dengan seksi lainnya dapat dilakukan melalui hubungan
ekonomi, sosial, dan politik.
a. Hubungan
Ekonomi Melalui Perdagangan
Kelompok-kelompok
masyarakat yang mendiami pulau-pulau di Nusantara telah menjalin hubungan
dagang dengan berbagai bangsa di dunia sejak zaman dahulu kala. Dengan hubungan
dagang yang telah berlangsung selama ratusan tahun itu, interseksi di Indonesia
juga telah berlangsung selama ratusan tahun pula. Interseksi tersebut berjalan
sedemikian rupa dan meliputi unsur-unsur bidang agama, kebudayaan, dan kesenian.
b. Hubungan
Ekonomi Melalui Perindustrian
Interseksi melalui
perindustrian menjadi semakin intensif di era yang mengutamakan produk-produk
industri berteknologi tinggi. Interseksi akan terjadi melalui kerja sama
perindustrian yang dibangun baik di tingkat regional maupun internasional.
5.
Teori Interseksi social
Kebudayaan
Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbenuk dan dipengaruhi
oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Eropa, Tionghoa, India, Arab
dan lain sebagainya.
Kata
Kebudayaan, berasal dari kata Sanskerta buddhayah, bentuk jamak dari buddhi
yang berarti “budi” atau “kekal”.
(Koentjaraningrat.
2003:73) Menurut BAKKER kata kebudayaan dari “Abhyudaya”, Sansekerta
Kata “Abhyudaya” menurut Sanskrit Dictionary (Macdonell, 1954): Hasil baik, kemajuan,
kemakmuran yang serba lengkap.
Menurut
Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari
bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti
“budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya
budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa itu.
Culture
dari kata Latin colere “mengolah”, “mengerjakan”, dan berhubungan dengan
tanah atau bertani sama dengan “kebudayaan”, berkembang menjadi” “segala daya
upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”.
(Koentjaraningrat. 2003:74)
Pada
awalnya, konsep kebudayaan yang benar-benar jelas yang pertama kalinya di
perkenalkan oleh Sir Edward Brnett Taylor. Seorang ahli Antropologi Inggris
pada tahun 1871, mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, mora, kebiasaan, dn
lain-lain. Pada waktu itu, banyak sekali definisi mengenai kebudayaan baik dari
par ahli antropologi, sosiologi, filsafat, sejarah dan kesusastraan. Bahkan
pada tahun 1950, A.L. Kroeber dan Clyde Kluchkhon telah berhasil mengumpulkan
lebih dari serats definisi ( 176 definisi ) yang diterbitkan dalam buku
berjudul Culture : A Critical Review of Concept and Definition
(1952).
Menurut
Atmadja, teori kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul sebagai suatu usaha
budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan di daerah-daerah seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuj
kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan
baru dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan
itu sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Dalam
Koentjaraningrat, (2003 : 74 ) J.J Honingmann mengatakan bahwa ada tiga wujud
kebudayaan, yaitu :
1. Ideas
Wujud
tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat
diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga
masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Budaya ideal
mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan,
kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun.
Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
2. Activities
Wujud
tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan
berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan
didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya
dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
3. Artifacts
Wujud
ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik.
Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan.
Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.
Sedangkan
(dalam Koentjaraningrat. 2003:81) terdapat tujuh unsur kebudayaan menurut
C. Kluckhon, antara lain :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Kebudayaan,
sebagai suatu pengetahuan yang dipelajari orang sebagai anggota dari suatu
kelompok, tidak dapat diamati secara langsung. Jika kita ingin menemukan hal
yang diketahui orang maka kita harus menyelami alam pikir mereka, dimam-mana
setiap orang mempelajari kebudayaan mereka dengan mengamati oarang lain,
mendengarkan mereka,kemudian membuat suatu kesimpulan. Maka disinilah peran
seorang etnograper meleakukan proses yang sama yaitu dengan memahami hal yang
dilihat dan didengarkan untuk menyimoulkan hal yang diketahui orang dimana hal
ini meliputi pemikiran atas kenyataan. Dalam melakukan kerja lapoangan,
etnografer membuat sebuah kesimpulan budaya dari tiga sumber sehingga hal ini
menjadi dasar adanya saling keterkaitan yamg sangat kuat tentang Etnograpi dan
Kebudayaan itu sendiri yaitu:
·
Dari hal yang dikatakan orang
·
Dari cara orang bertindak, dan
·
Dari berbagai artefak yang digunakan orang.
B. Interseksi suku dan profesi pedagang kuliner di pasar perumnas way Halim
Bandar Lampung
Pasar
perumnas way halim Bandar Lampung merupakan salah satu pasar yang terletak di
jalan Jalan Gunung
Rajabasa Raya Bandar Lampung. Dalam makalah ini, penulis ingin mengetahui interseksi
antara suku dan dan profesi pedagang kuliner di pasar Perumnas
Wayhalim Permai Bandar Lampung.
Pada
pasar perumnas way halim terdapat pedang kuliner yang diketahui memiliki latar
belakang suku dan budaya yang berbeda antara lain suku padang, suku Palembang,
suku lampung, suku jawa, suku semendo, dan
suku sunda. Diantara suku dan budaya yang sangat beragam tersebut para
pedagang kuliner diantaranya menjual Empek-empek, sate padang, rempeyek, kue
lapis legit dan lain-lain.
Dari
kebanyakan pada umumnya seseorang pedagang akan menjual kuliner berdasarkan
makanan khas dari suku budayanya antara lain:
1.
Pada kebanyakan umumnya bahwa orang Palembang akan menjual makanan
kuliner empek-empek yang merupakan makanan khas aslinya.
2.
Pada kebanyakan umumnya orang padang akan menjual sate padang yang
merupakan makanan khas daerahnya.
3.
Pada kebanyakan umumnya, orang jawa akan menjual rempeyek yang merupakan
makanan khas dari daerahnya.
4.
Pada kebanyakan umumnya, orang lampung akan menjual lapis legit yang
merupakan kuliner khas dari suku budayanya.
Dari
diantara pedagang tersebut, beberapa dari mereka menjual makanan atau kuliner
yang tidak sesuai dengan suku budaya mereka antara lain:
1.
Pada pasar tersebut terdapat beberapa orang pedagang yang merupakan suku
dari jawa, tetapi pedagang tersebut menjual sate padang sebagai makanan kuliner
di pasar perumnas way halim.
2.
Pada pasar tersebut terdapat beberapa orang pedagang yang merupakan suku
dari lampung, tetapi pedagang tersebut menjual empek-empek sebagai makanan
kuliner di pasar perumnas way halim permai Bandar lampung.
Berdasarkan
aktivitas tersebut hal ini menunukan bahwa terdapat interseksi suku budaya
terhadap profesi pedagang kuliner di pasar perumnas way halim permai Bandar Lampung
yang merupakan hasil dari keberagaman budaya Indonesia yang sangat beragam dan
merupakan hasil dari masyarakat multikultural.
BAB
III
KESIMPULAN
Dalam Sosiologi, interseksi adalah persilangan atau
pertemuan keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi baik
berupa suku, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, dan lain-lain dalam suatu masyarakat majemuk.
Secara
sederhana, perbedaan suku bangsa, agama, ras daerah dan kelas sosial saling
silang-menyilang satu sama lain, sehingga menghasilkan golongan-golongan yang
juga saling silang menyilang. Oleh sebab itu, di banyak daerah, penggolongan
individu-individu akan sekaligus menempatkan seseorang atau kelompok masyarakat
pada beberapa kriteria.
Persilangan keanggotaan suatu
kelompok sosial dari berbagai seksi tidak terjadi begitu saja namun dibantu
dengan adanya interaksi di antara berbagai seksi. Interaksi antara satu seksi
dengan seksi lainnya dapat dilakukan melalui hubungan ekonomi, sosial, dan
politik. Dampak interseksi
sosial antara lain meningkatkan solidaritas, dan menimbulkan konflik.
Persilangan
keanggotaan suatu kelompok sosial dari berbagai seksi tidak terjadi begitu saja
namun dibantu dengan adanya interaksi di antara berbagai seksi. Interaksi
antara satu seksi dengan seksi lainnya dapat dilakukan melalui hubungan
ekonomi, sosial, dan politik.
Interseksi
budaya sangat dipengaruhi oleh teori budaya yang merupakan kebudayaan Indonesia
walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbenuk dan dipengaruhi oleh
kebudayaan besar lainnya.
Interseksi
suku dan profesi pedagang kuliner di pasar perumnas way Halim Bandar Lampung
menunjukan bahwa Berdasarkan aktivitas di pasar tersebut tersebut menunukan
bahwa terdapat interseksi suku budaya terhadap profesi pedagang kuliner di
pasar perumnas way halim permai Bandar Lampung yang merupakan hasil dari
keberagaman budaya Indonesia yang sangat beragam dan merupakan hasil dari
masyarakat multikultural.
DAFTAR
PUSTAKA