Friday, July 31, 2015

faktor-faktor yang berhubungan dengan gingivitis pada ibu hamil

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Gingiva

2.1.1        Pengertian Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi linggir (riedge) alveolar. Merupakan bagian dari apparatus pendukung gigi, periodonsium, dan dengan membentuk dengan gigi, gingival berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. Gingiva tergantung pada gigi geligi: bila ada gigi geligi, gingival juga ada dan bila gigi di cabut gingival akan hilang (Manson, 1993)

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingival sering kali di pakai indicator bila jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingival, kadang-kadang gingival juga dapat menggambarkan tulang alveolar yang berada dibawahnya (herrijulianti, 2009)

2.1.2        Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingival yang terjangkit suatu penyakit.

Gambaran klinis gingival klinis gingival normal terdiri dari:
1.        Warna gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (corak pink) hal ini diakibatkan oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epithelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneus. Pigmentasi pada gingival biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar mucosa tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.

2.        Besar Gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah. Perubahan besar gingival merupakan gambaran yang paling sering di jumpai pada penyakit periodontal.

3.        Kontur gingiva
Kontur dan besar gingival sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungan, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasure (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental, sehingga tampak lancip.

4.        Konsistensi
Gingival melekat erat kestruktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukusa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
5.        Teksture
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut stipiling. Stipiling akan terlihat jelas apabila permukaan gingival kering (Daliemunthe, 2008).

2.2    Gingivitis

2.2.1        Pengertian Gingivitis
Gingivitis adalah akibat proses peradangan gusi. Biasanya disebabkan oleh gangguan kuman, dan tanpa plak penyakit gusi tidak terjadi. Ini berarti, dapat disembuhkan bilang rajin membersihkan semua plak dari gigi (John Besfrord, 1996).

Kemunduran atau penyusutan gusi disebut juga dengan atropi atau degenerasi. Jadi kebalikan dari radang. Radang yang disebut juga inflamasi, ada tanda – tanda membengkak, memerah, sakit dan temperatur meninggi di daerah inflamasi atau radang. Sedangkan atropi sebaliknya, tidak ada pembengkakan, melainkan penyusutan atau pengecilan. Ini disebabkan kurangnya bahan makanan melalui darah yang datang ke jaringan tersebut. Ini bisa disebabkan suplai darah di daerah itu sangat kurang ( Machfoedz, 2005)

2.2.2        Macam-macam Gingivitis
Menurut Daliemunthe (2008), Gingivitis terdiri dari 5 macam gingivitis, yaitu:
1.        Givitis Marginalis adalah peradangan gingival bagian marginal yang merupakan stadium awal dari penyakit periodontal (rosad, 2008)
2.        Gingivitis Pubertas adalah gingivitis yang sering terjadi pada anak-anak usai pubertas, yang ditandai dengan gejala gingiva mengalami perubahan warna menjadi merah sampai kebiru-biruan, konsistensi gingival berubah menjadi lunak atau edematous, licin dan berkilat dan permukaan gingival, terutama papilla interdental yang terlibat terlihat licin dan berkilat.
3.        Gingivitis Pregnancy adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya di tandai dengan gejala gingiva yang cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas dan gingiva interdental adalah lunak gingiva (mudah tercabik).
4.        Scorbotic Gingivitis merupakan yang terjadi karena defisiensi vitamin C, di tandai adanya hiperplasi atau ulserasi dan berwarna merah terang atau merah menyala.
5.        Anug (Acute Necrotizing Ulserative Gingivitis) merupakan satu –satunya gingivitis yang akut, terjadi sangat mendadak dan cepat meluas. Biasanya terjadi pada masa pergantian gigi di mana anak mempunyai oral hygiene buruk. Nama lain dari Anug adalah Vincent’s Gingivitis atau Trench Month.

2.2.3        Proses terjadinya gingivitis
Menurut John Besford (1996), proses terjadinya gingivitis di mulai dari :
1.        Tahap pertama
Plak yang terdapat pada gigi di dekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat dan bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika di sikat (karena adanya luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
2.        Tahap kedua
Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung. Plak pada gigi dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang rahang tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah ketika disikat. Tetapi tidak terasa sakit.

3.        Tahap ketiga
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak yang baik, dapat terjadi tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulan g. Poket gusi menjadi lebih dalam (lebih dari 6 mm). karena tulang hilang, gigi mulai terasa sakit goyang, dan gigi depan kadang-kadang mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan, pembengkakan, dan pendarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak ada rasa sakit.

4.        Tahap terakhir
Tahap – tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan plak yang baik dan perawatan gusi, tahap terakhir dapat dicapai. Sekarang kebanyakan tulang di sekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis yang biarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling akut yaitu periodontitis.

2.2.4        Faktor-faktor Penyebab Gingivitis
Faktor-faktor etiologi penyakit gingiva dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, berdasarkan keberadaannya, menurut Daliemunthe (2008) faktor – faktor tersebut dapat di klasifikasikan atas :
1.        Faktor lokal
a.         Plak dental / plak bakteri adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat.
b.         Kalkulus dental adalah massa terklasifikasi yang melekat kepermukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Bisanya kalkulus terdiri dari plak bakteri yang telah mengalami mineralisai. Berdasarkan lokasi perlekatannya di kaitkan dengan tepi gingiva, kalkulus dental dapat di bedakan atas kalkulus suprangingival dan subgingival.
c.         Material alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kuning atau putih keabu-abuan, dan daya melekatnya lebih rendah di bandingkan plak dental.
d.        Stein dental adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi.
e.         Debris / sisa makanan.

2.        Faktor sistemik
Faktor – faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan misalnya:
a.         Genetik
b.        Nutrisional
c.         Hormonal misalnya : kehamilan dan diabetes
d.        Hematologi / penyakit darah misalnya : anemia, dan leukemia.
e.         Obat-obatan misalnya : dilantin, fenition, dan DPH

3.        Faktor luar
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian juga permasalah kesehatan gigi dan mulut, tidak hanya dilihat dari segi kesehatan gigi dan mulut itu sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit” atau kesehatan gigi dan mulut itu sendiri.

Dilihat menurut Notoadmotjo (2003) hanya faktor yang mempengaruhi kesehatan di dalam hal ini kesehatan gigi dan mulut yaitu:
a.         Faktor keturunan
b.        Perilaku
c.         Pelayanan kesehatan
d.        Lingkungan

2.2.5        Indeks Gingival ( gingival index)
Indeks yang di perkenalkan oleh Leo dan Silness ini digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada gingival diempat sisi gigi geligi yang diperiksa : papilla distovestibular, tepi gingival vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingival oral.
Skor / Nilai
Gingiva
Kondisi Gingiva
0
Gingiva Normal
1
Inflamasi ringan pada gingival yang di tandai dengan perubahan warna, sedikit oedema, pada palpasi tidak terjadi pendarahan
2
Inflamasi gingival sedang, gingiva berwarna merah, oedema, dan berkilat, pada palpasi terjadi pendarahan.
3
Inflamasi gingival parah, gingival berwarna merah menyolok, oedermatous, terjadi ulserasi, gingival cenderung berdarah spontan.

Skor untuk setiap gigi diperoleh dengan menunjukkan skor dari keempat sisi yang diperiksa lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa pergigi). Skor Indeks Gingiva (IG) untuk individu diperoleh dengan membagi jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa dengan jumlah gigi yang diperiksa.

Menurut saidina, 2008 keparahan inflamasi gingival secara klinis dapat ditentukan dari skor indeks gingival dengan criteria sebagai berikut :
Skor Indeks Gingiva
Kondisi Gingiva
0,1 – 1,0
1,1 – 2,0
2,1 – 3,0
Gingivitis Ringan
Gingivitis Sedang
Gingivitis parah



2.2.6        Tanda – tanda Gingivitis
Menurut Drg. Donna Pratiwi (2007), ada beberapa tanda – tanda gingivitis, yaitu:
1.        Saat dan setelah menyikat gigi, ada noda darah yang tertinggal pada bulu sikat gigi.
2.        Saat meludah, ada darah di dalam air liur.
3.        Gusi bisa di pisahkan dari menggunakan tusuk gigi.
4.        Warna gusi mengkilap dan bengkak, kadang – kadang berdarah saat di sentuh..
5.        Tidak selalu di sertai rasa sakit.
6.        Terdapat akumulasi karang gigi di sekitar leher gigi.

2.2.7        Akibat Lanjut dari Gingivitis
Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan perawatan gusi baik, maka plak akan bersifat basa. Kalsium akan mengendap pada lapisan plak, terjadilah pengapuran sehingga plak mengeras menjadi kalkulus, selain mengandung banyak kuman, permukaan yang kasar akan merusak baik gusi maupun jaringan periodontium di bawahnya (Jhon Bestford, 1996).

2.2.8        Penanggulangan Gingivitis
Menurut Manson (1993), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek yaitu upaya promotif, prefentif, dan kuratif, yaitu:
1.        Upaya Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut:
a.         Dokter gigi ataupun perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
b.        Memberikan informasi dan pengarahan tentang teknik – teknik pengontrolan plak.
c.         Mendidik pasien agar pasien mengetahui cara – cara menjaga kebersihan mulutnya.

2.        Upaya prefentif
Upaya prefentif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut:
a.         Menjaga oral hygiene
b.        Sikat gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan tehnik sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi dengan tepat. Tehnik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian lambat laun dapat resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi, penyakit – penyakit periodontal akan lebih mudah terjadi.
c.         Dental flosh atau benang gigi merupakan cara yang akhir – akhir ini mulai banyak di perkenalkan, dan cukup ampuh untuk membersihkan di sela – sela gigi. Tapi teknik harus di mengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih – alih mencegah penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.
d.        Kontrol ke dokter gigi secara teratur di perlukan sebagai salah satu upaya preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah menderita penyakit periodontal disarankan untuk control secara teratur ke dokter gigi setiap 3 bulan sekali.

3.        Upaya Kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
a.         Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi).
b.        Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak food debris maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. Apabila pocket sedang dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan kuretase.
c.         Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur. Yang dijual bebas umumnya berasa dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti menta salisilat ( seperti pada produk Listerine), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah chlorhexidine 0,20% ( seperti pada produk minosep) dan H202 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering di gunakan adalah Chlorhexidine 0,20%. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.
d.        Antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya antibiotic yang digunakan pada penyakit – penyakit gigi adalah golongan penisilin karena kuman yang sering menjadi causanya sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit periodontal, terutama yang lanjut, perlu di pertimbangkan keterlibatan kuman – kuman gram negative serta anaerob, sehingga dengan demikian pilihan antibiotic jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metrroridazol karena efektivitas terhadap anaerob. Pemberian dapat berupa per oral maupun local seperti gel, tergantung dari luasnya dan tahap proses penyakit dan juga di bantu dengan analgetik – anti inflamasi untuk merdeka gejala simtomatik.
e.         Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi.

Pada akhir perlu di ingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah control plak. Dengan mengabaikan control plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.

2.3    Kebersihan Gigi dan Mulut

Penyebab terjadinya gingivitis dan radang gusi karena kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut mereka. Oleh karena itu sangat penting pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Menurut Green dan Vermillion, OHI-S (Oral Hygiene Index Symplified) adalah pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkan “Debris Indeks (DI) dan Calsulus Indeks)”.
Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk penilaian debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu, yaitu :
1.        Untuk rahang atas gigi yang diperiksa adalah :
a.         Gigi molar satu kanan atas pada permukaan bakal
b.         Gigi insisivus satu kanan atas pada permukaan labial
c.         Gigi molar satu kiri atas pada permukaan bukal
2.        Untuk rahang bawah gigi yang diperiksa adalah :
a.         Gigi molar satu kiri bawah pada permukaan lingual
b.         Gigi insisivus satu kiri bawah pada permukaan labial
c.         Gigi molar satu kanan bawah pada permukaan lingual.

Penilaian Debris Index (DI)

No
Kriteria
Nilai
1.
Pada permukaan gigi yang terlihat tidak adanya debris lunak dan tidak ada pewarna ektrinsik
0
2.
a.       Pada permukaan gigi yang terlihat adanya debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan gingiva / gusi.
b.      Pada permukaan gigi terlihat tidak adanya debris lunak akan tetapi, ada pewarna ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.
1
3.
Pada permukaan gigi terlihat ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.
2
4.
Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan gigi.
3
Sumber: Depkes R.I., 1995



Penilaian Calculus Index (CI)

No
Kriteria
Nilai
1.
Pada permukaan gigi yang terlihat tidak adanya calculus
0
2.
Pada permukaan gigi yang terlihat adanya calculus supra gingival yang menutupi lebih dari permukaan gigi.
1
3.
a.       Pada permukaan gigi adanya calculus supra gingival yang menutupi lebih dari sepertiga permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.
b.      Pada permukaan gigi yang terlihat adanya calculus subgingiva yang menutupi sebagian daerah servikal gigi.
2
4.
a.       Pada permukaan gigi yang terlihat adanya calculus supra gingiva yang menutupi sebagian gigi lebih dari 2/3 permukaan gigi.
b.      Pada permukaan gigi yang terlihat adanya calculus subgingiva yang menutupi dan melingkari seluruh bagian servikal gigi
3
Sumber: Depkes R.I., 1995

1.        Cara menghitung OHI-S (Oral Hygiene Index Symplified)
OHI-S = debris Indeks + Calculus Indeks
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGaC9VJ7LCkCVc9S4_OLD2Dmr9XmYV8tdbiUuiNzH1ORZz6EljWq5lauTjJRewi49XW5jzAGJ-idJON7_EDUfrWCI2K_ASdNekJ39hWfTrukJqJiDyZ_Fje6yoQycqzSnpYa_ogjlkPVs/s640/Gigi+penentu.bmp
Kriteria Debris Indeks dan Cakulus Indeks adalah :
1.        Baik          : 0 – 0,6
2.        Sedang     : 0,7 – 1,8
3.        Buruk       : 1,9 – 3,0
Kriteria OHI-S adalah:
1.        Baik          : 0 – 1,2
2.        Sedang     : 1,3 – 3,0
3.        Buruk       : 3,1 – 6,0

2.4    Kehamilan

2.4.1        Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 1998). Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2002).

Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kahamilan (Muhimah dan Safe’I, 2010). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan.

2.4.2        Etiologi Kehamilan
Menurut Mochtar (1998), Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu:
1.        Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata.
2.         Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
3.        Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopii.
4.        Nidasi Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
5.        Plasentasi Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.

2.4.3        Tanda-Tanda Kehamilan
1.        Tanda-tanda dugaan hamil
a.         Amenorea (terlambat datang bulan)
1)             Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.
2)             Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi.

b.         Nausea (enek/mual) dan emesis (muntah)
1)        Pengaruh ekstrogen dan progresteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
2)        Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering terjadi pada pagi hari (morning sickness).
3)        Dalam batas yang fisiologisnkeadaan ini dapat diatasi.
4)        Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
c.         Sering buang air kecil
1)        Trimester I : karena kandung kencing tertekan uterus yang mulai membesar.
2)        Trimester II dan III : karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.
d.        Pimentasi kulit
Terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanosfor dan kulit.
1)        Sekitar pipi : cloasma gravidarum Keluarnya melanophore stimulating hormon hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.
2)        Dinding perut
a)    Striae lividae
b)   Striae nigra
c)    Linea alba makin hitam

3)        Sekitar payudara
a)        Hiperpigmentasi areola mamae
b)        Putting susu makin menonjol
c)        Kelenjar Montgomery menonjol
d)       Pembuluh darah menifes sekitar payudara
e.         Anoreksia (tidak nafsu makan)
Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, tapi setelah itu nafsu makan akan timbul lagi.
f.          Payudara menjadi tegang dan membesar
1)        Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae glandula montgomerry tampak lebih jelas.
2)        Payudara membesar dan menegang.
3)        Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
g.         Obstipasi atau konstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan olehpengaruh hormon steroid, sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h.         Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi bila
i.           Varises atau penampakan pembuluh darah vena
1)        Karena pengaruh dari ekstrogen dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
2)        Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.
3)        Penampakan pembuluh darah ini dapat menghitung setelah persalinan.
j.           Mengidam Wanita sering menginginkan makanan tertentu,
k.         Sinkope atau pinsan
1)        Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pinsan.
2)        Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.

2.        Tanda-tanda Mungkin Hamil
Adapun tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Manuaba (1998), yaitu:
a.         Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
b.         Pada pemeriksaan dalam dijumpai :
1)        Tanda hegar
Uterus segmen bawah lebih lunak dari pada bagian yang lain.
2)        Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran perut.


3)        Tanda Chadwick
Perubahan warna pada servix dan vagina menjadi kebirubiruan.
4)        Tanda braxton-hicks Uterus mudah berkontraksi jika dirangsang.
5)        Teraba ballottement
c.         Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Sebagian kemungkinan positif palsu (Manuaba, 1998).

3.        Tanda-tanda Pasti Hamil
Menurut Sarwono (1999), seorang wanita dipastikan hamil apabila:
a.         Terdengar Denyut Jantung Janin.
b.         Terasa pergerakan janin dalam rahim
c.         Pemeriksaan ultrasonografi
1)        Terdapat kantong hamil, hamil 4 minggu
2)        Terdapat fetal plate, hamil 4 minggu
3)        Terdapat kerangka janin, hamil 12 minggu
4)        Terdapat denyut jantung janin, hamil 6 minggu.
d.        Pemeriksaan rontgen untuk melihat kerangka janin.

2.5    Gingivitis Kehamilan

Gingivitis kehamilan merupakan keadaan yang tidak terlihat pada setiap wanita hamil. Walaupun hygiene mulutnya baik, namun pada gingival dapat terlihat adanya kemungkinan berdarah setelah menyikat gigi atau setelah suklus di probing, hal ini menunjukkan bahwa factor hormon estrogen dan progesterone yang mengalami peningkatan selama kehamilan sehingga dapat menimbulkan inflamasi gingivitis kehamilan. (Harahap, 1996)

Gingivitis kehamilan biasanya memperlihatkan adanya peningkatan intensitas sejak bulan kedua sampai bulan kedelapan dari kehamilan, dan menurun pada bulan kesembilan. Kondisi ini menghasilkan berbagai iritasi ketidaknyamanan pada wanita hamil, hal ini juga sering mengakibatkan terjadinya pendarahan yang berlebihan pada jaringan gingival. Pendarahan paling sering terjadi selama berfungsi misalkan waktu makan dan selama menyikat gigi, pendarahan yang dialami oleh wanita hamil saat menyikat gigi dan pendarahan yang sering membuat si ibu takut sehingga menjadi lebih mengabaikan hygiene mulut. (Affiandi, 1996)

Menurut Ojanotko. dkk, (1991), Peningkatan gingivitis kehamilan dapat dibagi dalam dua periode, yaitu:
1.        Selama trimester pertama, saat terjadinya produksi berlebihan dari gonadotropin
2.        Selama trimester ketiga, saat tingkat estrogen dan progeesteron paling tinggi. Pada trimester ketiga ini, gingivitis kehamilan terjadi paling parah.

2.6    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gingivitis Pada Masa Kehamilan

Penyebab utama radang gusi pada ibu hamil sebenarnya sama dengan ibu yang tidak hamil, yakni iritasi lokal seperti plak yang telah mengalami pengapuran (karang gigi), gigi berlubang atau tambalan yang kurang sempurna sehingga terjadi “penahanan” sisa makanan di dalamnya, atau sisa akar gigi yang belum dicabut. Hanya saja, perubahan hormonal yang menyertai kehamilan, misalnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah, dapat memperberat reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal tersebut (Lalawangi, 2007).

Faktor penyebab timbunya gingivitis pada masa kehamilan menurut Lalawangi, (2007) dapat dibagi 2 bagian, yaitu:
1.        Iritasi lokal ( plak)
Iritasi lokal seperti plak merupakan penyebab primer gingivitis masa kehamilan sama halnya seperti pada ibu yang tidak hamil, tetapi perubahan hormonal yang menyertai kehamilan dapat memperberat reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal. Iritasi lokal tersebut adalah kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran, sisa-sisa makanan, tambalan kurang baik, gigi tiruan yang kurang baik. Saat kehamilan terjadi perubahan dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang bisa disebabkan oleh timbulnya perasaan mual, muntah, perasaan takut ketika menggosok gigi karena timbul pendarahan gusi atau ibu terlalu lelah dengan kehamilannya sehingga ibu malas menggosok gigi. Keadaan ini dengan sendirinya akan menambah penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan.

2.        Kehamilan
Kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal, terutama perubahan hormon estrogen dan progesteron. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada masa kehamilan mempunyai efek bervariasi pada jaringan, di antaranya pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah sehingga gusi menjadi lebih merah, bengkak dan mudah mengalami pendarahan.

Akan tetapi, jika kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama kehamilan, perubahan mencolok pada jaringan gusi jarang terjadi. Keadaan klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak berbeda jauh dengan jaringan gusi wanita yang tidak hamil, di antaranya;
a.         Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan berwarna merah terang sampai kebiruan, kadang-kadang berwarna merah tua.
b.        Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di daerah sela-sela gigi dan pinggiran gusi terlihat membulat.
c.         Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat bengkak, halus dan mengkilat. Bagian gusi yang membengkak akan melekuk bila ditekan, lunak, dan lentur.
d.        Risiko pendarahan, warna merah tua menandakan bertambahnya aliran darah, keadaan ini akan meningkatkan risiko pendarahan gusi.
e.         Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi secara lokal maupun menyeluruh. Proses peradangan dapat meluas sampai di bawah jaringan periodontal dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada struktur tersebut (Lalawangi, 2007).



2.7    Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan diteliti yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka konsep dalam melakukan penelitian (Notoatmodjo 2010).

Faktor-faktor  yang berhubungan dengan gingivitis pada ibu hamil :
1.      Iritasi lokal (plak)
2.       Kehamilan
3.       Pemakaian KB
4.       Pubertas
 

Kejadian gingivitis
 
 








2.8    Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Variable independen                                                 variable dependen
 






DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

Besford, J., 1996. Mengenal Gigi Anda, Peunjuk Bagi Orang Tua. Jakarta

Boediharjo, 2007 Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga. Hal 3.30.31 Air Langga University indonesi. Bandung

Dalimunthe, 2004, Terapi periodontal 2nd,USU Press: Medan

Daliemunthe, Saidina Hamzah, 2008. Periodonsia. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Depkes RI, 2000 petunjuk pemeliharaan gigi dan mulut keluarga hal 10 Jakarta Frenken. Jo, Prathip phantom Vanit, Taco Pilot, Yupin Song Paisan, Evert Van Amerongent.

________, 2007 Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di puskesmas, Jakarta Hal 11

________, 2009 Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut, Jakarta

________, 2009. Sambutan Menteri Kesehatan Pada Lokalnya. http://www.depkes.go.id.

Herijulianti, E., Indonani, ts, Artini. S., 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta

________, 2009. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta

http : //www. Kesehatan.Kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf.

Machfoedz, I., 2006. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Fitramaya, Jakarta.

Manson, 1993. Buku Ajar Periodensia, Jakarta.

Mittendorf R, William MA, Berkey CS, Cotter PF, 2010. The lenght of uncomplicated human gestatioan, Obstet Gynecol 1990;75:929-32. PMID23422739., diakses tgl 07 Juni 2010
Mukhtar. R., 1998. Tanda dan Gejala Kehamilan. Vakultas Kedokteran gigi Usu medan.

Notoatmojo, 2003). Kesehatan dan ilmu perilah hal 13-30 ed. EGC, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan, Teori Aplikasi. Jakarta.

Pratiwi D, 2007. Gigi Sehat. Jakarta.

Laporan Puskesmas Batoh, 2012 Data Tentang Gingivitis Pada Ibu Hamil. Banda Aceh

Lawalangy, 2007, diakses dari situs http://lawalangy. wordpress.com/ 2007/07/10/ penyakit-mulut-pada-ibu-hamil/



0 comments: