MAKALAH ILMU FILSAFAT DALAM ILMU KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat
saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat
ini telah berkembang dalam berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan,
filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama,
filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah,
filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat berperan
dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat dalam bidang
keperawatan ini dapat dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari
sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu keperawatannya serta
pelayanannya. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan saat ini di
perguruan tinggi terutama dalam program pendidikan pasca sarjana
magister keperawatan, filsafat telah banyak dimasukkan sebagai salah
satu mata ajar yang harus ditempuh peserta didik.
Filsafat
dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman kepada
para pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap
perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu
dengan adanya filsafat akan didapatkan pengetahuan yang murni atau
kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat
diaplikasikan demi kesembuhan pasien dengan didasarkan pada
premis-premis pendukung hal tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis paper yang membahas tentang peranan filsafat dalam pendidikan dan keperawatan.
B. TUJUAN
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami tetang apa itu filsafat, peranannya dalam
kehidupan, peranannya dalam pendidikan serta peranannya dalam ilmu
keperawatan
BAB II
ISI
Sebelum
kita membahas tentang filsafat dalam pendidikan dan filsafat dalam
keperawatan, kita akan sedikit membahas dulu tentang filsafat dan
perannya dalam kehidupan.
A. FILSAFAT
Kata
falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan
dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia =
"kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga
dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya.
Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut
"filsuf". Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat
untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam
sebuah proses dialektika.
Sejarah perkembangan filsafat itu sendiri melalui lima tahapan yaitu :
1. Filsafat Yunani Kuno
Dalam
filsafat yunani kuno ini filsafat umum yang masih dominan tetapi agama
juga masih berperan. Tokohnya antara lain : thales dan phytagoras
2. Filsafat Yunani
Dalam filsafat ini menyatakan bahwa hakikat manusia tidak terlepas antara tubuh dan jiwa. Tokohnya adalah plato dan aristoteles
3. Filsafat Abad Pertengahan
Dalam
filsafat ini menyatakan bahwa agama sebagai kekuatan baru, filsuf
berasal dari rohaniawan dan wahyu punya otoritas dalam menentukan
kebenaran. Adapun tokohnya : santo anselmus, thomas aquinas, dan
augustinus
4. Filsafat Modern
Inti
dari filsafat ini adalah sebagai era pembebasan terhadap jaman
skolastik. Tokohnya antara lain : francis bacon, thomas hobbes, john
locke dan voltaire
5. Filsafat Posmodern
Inti
dari filsafat ini adalah mendobrak sifat filsafat modern yang
mengagungkan keuniversalitasan, kebenaran tunggal dan kebebasnilaian.
Tokohnya adalah williams james, john dewey.
Filsafat
sekarang ini mempunyai beberapa cabang antara lain epistemologi, etika,
estetika, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat
pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah dan filsafat matematika.
B. PERAN FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Pentingnya
kita belajar filsafat adalah karena dalam sejarah filsafat kita bertemu
dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat. Sejarah filsafat
mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar,
tema-tema yang dianggap penting dalam periode tertentu, dan
aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran dalam suatu jaman atau
diseluruh bagian dunia tertentu.
Secara garis besar manfaat atau peranan filsafat dalam kehidupan adalah sebagai berikut :
- 1. Sebagai dasar dalam bertindak.
- 2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
- 3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik
- 4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
- 5. Menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.
- 6. Mampu mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sedangkan
filsafat sendiri bisa kita terapkan di negara kita yaitu di Indonesia,
karena kita kaitkan peranan filsafat dengan lingkungan sosial dan
budaya. Adapun peranan filsafat di Indonesia adalah sebagai berikut :
- Bangsa indonesia terletak di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan hanya hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai, dan norma-norma. Filsafat dapat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
- 2. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan-kebudayaan, tradisi-tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan evaluatif, kritis, dan refleksif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia.
- 3. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan pada khususnya pada lingkungan universitas-universitas dan lingkungan akademis.
- 4. Menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakannya dialog diantara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur berdasarkan pancasila.
C. FILSAFAT ILMU
Filsafat
ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos
yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F.
Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology
dan ontology (on=being, wujud, apa+logos = teori ), ontology ( teori
tentang apa ).
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.
Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah.
Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau
singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah
disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas
pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis.
Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan
atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah.
Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan indrawi yang secara sadar
diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Disamping itu
termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti
ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
Inti
sari dari filsafat ilmu terdiri dari kebenaran, fakta, logika, dan
konfirmasi. Adapun ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu antara lain
sebagai berikut:
1. Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah
2. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya
3. Menyelidiki
berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap : cara pandang manusia,
hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut manusia, tempat tinggal
manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakekatnya, logika dengan
matematika, logika dan matematika dengan realitas yang ada
Sedangkan fungsi dari filsafat ilmu itu sendiri antara lain :
1. Alat-alat
untuk menulusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan
panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
2. Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup
3. Panduan tentang ajaran moral dan etika
4. Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan
Sehingga
dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting peranannya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Tentu juga filsafat ilmu sangat
bermanfaat bagi manusia untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.
D. FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN PERANANNYA
Pendidikan
sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa terutama bangsa
Indonesia. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan
universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Sehingga dalam dunia pendidikanpun tetap tidak bisa
terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai aktifitas pikiran
yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Filsafat pendidikan itu
dapat menjelaskan nilai-nilai dan matlamat-matlamat yang diusahakan
untuk mencapainya. Dengan ini maka filsafat, filsafat pendidikan dan
pengalaman kemanusiaan merupakan suatu unsur yang bersatu dan berpadu.
Dalam filsafat pendidikan sendiri ada tiga aliran yaitu filsafat pendidikan progresivisme, filsafat pendidikan essensialisme, dan perenialisme. Progresivisme
berpendapat tidak ada teori realita yang umum, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai
yang telah disimpan dalam kebudayaan dan kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Filsafat pendidikan essensialisme didukung oleh idealisme dan realisme. Esensialisme
berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang
telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara
dunia kecil dengan dunia besar. Sedangkan menunut realisme, pengetahuan
terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu
kesatuan. Hal ini sedikit berbeda dengan filsafat pendidikan perenialisme.
Filsafat ini hanya didukung oleh idealisme. Filsafat ini menyatakan
bahwa program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya
nafsu, kemauan, dan akal selain itu perkemhangan budi merupakan titik
pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk
mencapainya.
Filsafat
pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang Dosen/guru mengenai
pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan
profesional dosen/guru. Setiap dosen/guru baik mengetahui atau tidak
memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai
bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia
pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Filsafat
pendidikan secara vital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek
pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran
praktis, para dosen/guru dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan
pendidikan. Sehingga terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru
dengan keyakinannya:
- Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran
Komponen
penting filsafat pendidikan seorang dosen/guru adalah bagaimana
memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok
dosen/guru. Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu
aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni,
pertemuan yang sepontan, tidak berulang dan kreatif antara dosen/guru
dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni.
Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian dosen/guru menekankan
pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan
perilaku siswa.
- Keyakinan mengenai siswa
Akan
berpengaruh besar pada bagaimana dosen/guru mengajar. Seperti apa siswa
yang dosen/guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik
dosen/guru. Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan
dosen/guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak
didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Dosen/guru yang memiliki
pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam
kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
- Keyakinan mengenai pengetahuan
Berkaitan
dengan bagaimana dosen/guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat
pendidikan, dosen/guru akan dapat memandang pengetahuan secara
menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta
yang terpisah.
- Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui
Dosen/guru
menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka,
sekalipun masing-masing dosen/guru berbeda dalam meyakini apa yang harus
diajarkan.
Filsafat
pendidikan mempunyai banyak peranan dalam pengembangan ilmu pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan
bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip
pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan
atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara dosen dengan peserta didik
guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat,
memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang dosen perlu menguasai
konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.
Secara garis besar manfaat dan peranan filsafat pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dapat
menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang
melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat
terhadap proses pendidikan.
2. Dapat membentuk asas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang umum dan yang khas.
3. Menjadikan asas yang terbaik untuk penilain pendidikan dalam arti yang menyeluruh.
4. Menjadi
sandaran intelektual yang digunakan untuk membela tindakan-tindakan
mereka dala bidang pendidikan dan pengajaran dalam melaksanakan
falsafah.
5. Akan
menolong untuk memberikan pendalaman fikiran bagi pendidikan kita dan
akan mengaitkannya dengan factor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi,
dan politik di negeri kita
E. FILSAFAT DALAM KEPERAWATAN DAN PERANANNYA
Keperawatan
saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum
akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan
sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami
perubahan atau pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses,
menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena
tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan
sendiri.
Keperawatan
sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara
rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap
kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat
menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan
dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek
keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap
konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi
acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan
manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara
mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para
profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis,
kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara
rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien
sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan
filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna
memajukan ilmu keperawatan.
Filsafat
keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan
esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek
keperawatan. Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu
ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat dalam
menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga
tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu
keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul
pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu
keperawatan ), pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu
keperawatan ) dan pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu
digunakan )
Jawaban
pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat
didefinisikan dalam beberapa pendapat. Calilista Roy (1976)
mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang
berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan
pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence
Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut,
keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi
alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan
yang bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan
ilmu dan kiat, serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada
kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau melalui
upaya kolaborasi.
Jawaban
pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan
berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir
bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup
dalam keadaan original. Namun demikian mereka sudah mampu memiliki
sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati.
Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban
manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat”
dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct” (naluri
keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan
jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang
Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat
dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh
dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal
ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam
keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma
keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak
pemikiran baru yang didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan
kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari
seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense
(pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan
penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Misalnya Peplau (1952)
menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando (1961)
menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan
teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan
stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep
manusia yang unik.
Jawaban
pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan
digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien dengan berbagai tingkatan dari individu,
keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan
derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi
seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan
yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat
kesehatannya.
Hakekat
manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya
keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi
pada pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.
2. Sebagai
profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia
mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai
kesejahteraan.
3. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien.
4. Sebagai
kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan,
pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta
rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
1. Memandang
pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara
komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari
kebutuhannya.
2. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.
4. Pelayanan
keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan
sendiri-sendiri.
5. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science
keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan
estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan
tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi
inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices of nursing.
Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena.
Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari
biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan
pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis,
dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari
pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science
memberi kesempatan bagi pemikir atau peneliti keperawatan untuk
melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna
meletakkan dasar-dasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah
dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai
etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.
Dalam
konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi
tentang kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan
psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism). Epistemologi bukan
hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis, nilai-nilai
etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan
proses interaksi antar manusia.
Relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Filsafat
keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas,
serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada
alasan logis daripada metoda empiris. Filsafat keilmuan harus
menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan
yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini
pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan
dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman
biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama
berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.
Manfaat/peranan Filsafat dalam Ilmu Keperawatan
Dalam
pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat
didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan
antara lain adalah :
1. Memudahkan
proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan
maka akan semakin sulit melaksanakan proses keperawatan
2. Dengan
mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta
terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan
ucapannya yang baik dan sopan seseorang dapat mengetahui bagaimana
landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
3. Dapat
memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya,
ekonomi, pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak
yang lainnya mengenai seluk beluk lingkup profesi keperawatan yang
semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang perawat
4. Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu keperawatan
5. Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui pengalaman-pengalaman yang sudah ada
6. Mendapatkan
kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan
yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau
salah, misalnya jika kita melakukan tindakan seperti injeksi terhadap
klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-prosedur apa saja yang
dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan
tindakan itu secara benar
7. Dengan
filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia
peroleh dari filsafat sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir
positif (positif thinking) dan dengan positif thinking
tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga
pasien yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat
berkomunikasi dengan baik dan akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien tersebut
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat
dalam keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting. Keperawatan
sendiri bisa dilihat dari dua sudut yaitu tentang ilmu keperawatan itu
sendiri dan tentang pendidikan keperawatan. Peran filsafat dalam
pendidikan bagi dosen dalam perguruan tinggi yaitu supaya tahu bagaimana
cara memperlakukan mahasiswanya, dosen mengetahui apa yang harus
diberikan kepada mahasiswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan
keperawatan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan keperawatan
tersebut kepada mahasiswanya sehingga mahasiswanya bisa
mengaplikasikannya. Sedangkan filsafat dalam keperawatan adalah
keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok
pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit
terutama berfokus kepada respon mereka terhadap situasi. Manfaat
filsafat dalam keperawatan salah satunya adalah mendapatkan kebenaran
tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita
lakukan dan pendapat yang kita keluarkan tentang dunia keperawatan itu
adalah benar atau salah
B. SARAN
Penerapan
filsafat dalam pendidikan keperawatan masih belum merata sehingga
diharapkan semua institusi pendidikan keperawatan menerapkan filsafat
untuk masuk dalam kurikulum pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat A aziz alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC, salemba medika: Jakarta
Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1
Poedjiadi, A. 2008. Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan. Diposkan 15 Januari 2008. Diakses 26 November 2011. URL : http://www.education.com/filsafat
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung
Soemowinoto, S. 2008. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
0 comments:
Post a Comment