Hubungan Ilmu Agama Dalam Ilmu Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran agama dalam
keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini
sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak
benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin
membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual,
tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan
profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang
apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika
keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional
sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini
sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan
bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang
pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara
tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku
kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup,Karena
itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah.
Agama tetap penting
untuk diajarkan, karena untuk menekan)kan aspek tertentu bagi masyarakat kita
peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi.
Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak
mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan
jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai
institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian keperawatan dalam Islam?
2.
Apa pengertian keperawatan dalam (Kristen Protestan dan Katolik)?
3.
Apa pengertian keperawatan dalam Hindu?
4.
Apa pengertian keperawatan dalam Budha?
5.
Apa pengertian keperawatan dalam Kong
Hu Cu?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian keperawatan
dalam Islam?
2.
Untuk mengetahui pengertian keperawatan
dalam Kristen (Protestan dan Katolik)?
3.
Untuk mengetahui pengertian keperawatan
dalam Hindu?
4.
Untuk mengetahui pengertian keperawatan
dalam Budha?
5.
Untuk mengetahui pengertian keperawatan
dalam Kong Hu Cu?
1.4 Manfaat
1.
Mengetahui akan manfaat dari peran agama dalam keperawatan dari segi
masinmg-masing agama.
2.
Bisa menerapakan peran-peran agama dalam keperawatan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam sistem (ZaidinAli , 2002,).
Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah
segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki.
Agama adalah keyakinan yang dianut oleh
individu dalam pedoman hidup mereka yang dianggap benar. Agama sangat menghargai seorang
petugas kesehatan karena petugas ini adalah petugas Kemanusiaan yang sangat
mulia.
Peran agama dalam
keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini
sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak
benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin
membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual,
tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Saat ini institusi pendidikan keperawatan sedang menjamur, sebagian besar
mengaku ingin mencetak tenaga siap pakai, terampil dan memiliki akhlak. Karena
tujuannya termasuk mencetak tenaga keperawatan yang berakhlak maka mata kuliah
agama tentu saja menjadi wajib mendapat perhatian. Hal ini tentu saja adalah
hal yang baik, karena kita semua tentu tidak mau keperawatan diisi oleh
orang-orang yang bermental rusak.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui dengan kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari mengajarkan agama pada mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai dalam kehidupan profesionalnya sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan pemecahannya.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah?
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui dengan kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari mengajarkan agama pada mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai dalam kehidupan profesionalnya sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan pemecahannya.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah?
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
Hak dan kewajiban
perawat dengan pasien
1.
Kewajiban petugas keperawatan
a) Melaksanakan tugas sesuai dengan tugas
sumpah jabatan
b) Memberikan pelayanan dengan baik
c) Menetapkan tariff yang terjangkau oleh
masyarakat
d) Mengusahakan
keringanan biaya
e) Melindungi pasien dari sasaran
propaganda agama lain
2.
Hak petugas keperawatan
a) Mendapatkan gaji dan honor
b) Mendapatkan penghargaan yang layak dari
pemerintah setempat
c) Mendapatkan perlindungan hukum
d) Melindungi
pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya.
2.2 Tujuan Keperawatan
Peran perawat yang
dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang
diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan
tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.
Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu.
1.
Memberikan pelayaran keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang
terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang
kompleks.
2.
Memperhatikan individu dalam konteks
sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan
sugnifican dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk
mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada
masalah psikologis.
2.3 Konsep Agama dalam Keperawatan
1.
Peran Keperawatan
dalam Islam
Islam adalah salah
satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama Islam
di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah
agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan
Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat
Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu
tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang – orang
mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi belum
semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang terkenal
di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.
Islam sangat
menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan
mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita
diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.
Islam menaruh
perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong
orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama
untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang
selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal
menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah
satu penentu sehat tidaknya seseorang.
"Wahai
sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang
Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik
dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan yang
sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau
takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik
bagi kesehatan.
Sebagian besar
penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut
kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat
Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus
proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR.
Turmudzi dan al-Hakim)..
Anjuran Islam
untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang
sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup
yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan,
membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan
sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan
atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin
terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal
dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat
menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan, dengan
selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad
dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya
yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
“Dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena
sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan
risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan
kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat,
laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan
kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah
penyakit dan peperangan.
Jadi walaupun
seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih
besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari.
Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat,
laut dan udara dan pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan
penduduk dunia. Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah
sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu
tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia
merasakan sakit.
2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen
Agama Kristen juga
memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana agama merupakan
bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan seseorang. Dalam hal ini
baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang bahwa seseorang
yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam merawat
seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.
Tindakan medis
dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang
dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan
yang kita inginkan.
2. Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha
Agama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup
tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran
agama budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas
pelayanan perawat.
3. Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu
Dalam
ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk membersihkn
diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia. Jika umat
hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri
dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Perspektif Keperawatan
Mengingat
kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan
tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan,
baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi
modern dan supermodern. Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu
pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pelayanan kesehatan diartikan sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya
dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu
(KBBI, l990: 504). Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang
berlaku antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau
komunitas tertentu.
Sedangkan
pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan
penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis
dengan individu yang membutuhkannya.
Dengan demikian,
pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau institusi
kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan
pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan
medis, dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau
orang yang membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos
kerja profesional dan tidak materialistis.
Dalam tulisan ini,
perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga
sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta
mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama,
yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi,
menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap
keadaan kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis
normatif.
Karena itu pranata
sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai politik,
memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan
pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus
bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab
tanpa melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang
diberikan tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.
3.2 Mulianya Profesi Perawat
Perintah untuk
berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri
terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll,
menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut
hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki
kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah
institusi beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak
membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di
bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan
dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang
penyakit dan pengobatan.
Berkaitan
dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama
kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa
institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan
dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan
ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk
menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang
spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap
warganegaranya.Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran
sebagai cara, pasien adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya.
Status istimewa
harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa
dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya
dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya.
Karena itu dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah
jabatannya mereka sudah bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat
Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua
keadaan, melakukan semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian,
penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
Ajaran-ajaran
normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar teoritis,
melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di
masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan
dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan
rumah sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat
orang-orang sakit, baik karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau
di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi
Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh
Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang
dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.
3.3 Kesiapan Mengabdi Masyarakat
Sekarang sejumlah
akademi dan perguruan tinggi semakin banyak membina mahasiswanya yang
berorientasi kepada profesi keperawatan. Kondisi ini tentu patut disambut
gembira, sebab tenaga keperawatan di daerah kita, apalagi di perdesaan dan
pedalaman masih sangat kurang.
Pertama,
hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi yang
sebenarnya.
Kedua, dalam
menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi dengan kecermatan,
kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang mungkin
timbul. Seringnya mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini haruslah dijadikan
pelajaran bagi segenap insan keperawatan, dokter dan paramedis, untuk lebih
hati-hati dan cermat dalam melakukan pekerjaan. Agama menggariskan beberapa
sikap waspada yang perlu direnungi bagi para perawat. Sayyid Sabiq mengatakan,
dalam memberikan perawatan medis, hendaknya paramedis menjalankan tugas sesuai
bidang keahliannya.
Ketiga, para
perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada masyarakat,
tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua
mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia,
human development index (HDI), di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang
terendah dibanding bangsa-bangsa di dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat
kesehatan merupakan salah satu indikator kriteria yang digunakan UNDP.
Dipastikan masyarakat yang kualitas kesehatannya rendah tersebut berada pada
level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini baru berobat atau terpaksa datang
ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh karenanya, para perawat
hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di masyarakat
dapat dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik mencegah
daripada mengobati.
3.4 Kaidah dan Etika 5 Agama di Indonesia yang Berhubungan dengan Kesehatan
a. Islam
Keinginan
tersebut semakin menguat setelah penulis membaca buah pikir seorang intelektual
terkemuka dan kontroversial asal Mesir, Hassan Hanafi yang menjelaskan, bahwa
peradaban Barat yang kini berdiri kokoh memiliki dua sumber kesadaran yang
disembunyikannya dan tak terekspos. Salah satu penyebab disembunyikannya
sumber-sumber tak terekspos adalah rasialisme yang terpendam dalam kesadaran
Barat. Rasialisme inilah yang menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang
lain. Barat diklaim sebagai pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi
pioner di dunia. Sikap rasial ini terlihat jelas dalam ideologi yang diusung
oleh Barat beberapa dasawarsa yang lalu seperti nasionalisme, nazisme, fasisme,
dan zionisme. Namun demikian, terungkaplah bahwa sumber-sumber kesadaran Barat
berasal dari Cina (Nedham), India (Nakamura), Islam (Garaudy), dan Timur Lama
(Toynbee) (Hassan Hanafi, 2000).
Selama seribu
tahun, peradaban Islam telah membentang dari Andalusia, Spanyol hingga ke
Selatan Cina. Dari abad ke-7 dan seterusnya, para sarjana telah membangun ilmu
pengetahuan dari tradisi-tradisi umat manusia sebelumnya. Pergulatan mereka
dengan pengetahuan kuno orang Mesir, Yunani dan Roma, pada gilirannya membuat terobosan
besar yang membuka jalan bagi gerakan Renaissance di Barat pada abad
selanjutnya
Selain pasien
mendapatkan obat-obatan secara gratis dan diperlakukan dengan baik. Di rumah
sakit Ahmad ibn Thulun ini didirikan pula sebuah perpustakaan medis besar yang
lengkap, sarana kebersihan seperti kamar mandi dibuat secara terpisah antara
laki-laki dan wanita. Begitu pula dengan pasien yang mengalami gangguan mental
(gila) ditempatkan dalam ruang yang terpisah dari pasien lainnya, dimana hal
ini menunjukkan bahwa pada saat itu para sarjana muslim telah menaruh perhatian
yang cukup besar pada perkembangan ilmu jiwa.
Selama ini pula
perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh
keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang
mengadopsi litelature barat.
Sejarah islam juga
mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara,
Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim
yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al
Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6).
Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat
masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al
Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat
binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit
dan bedah mata.
Tugas seorang
perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi
menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan
tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski
secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya
dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu
pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin
saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.
Kita tidak bisa
lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim
menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian
juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi
yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam.
Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker)
yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di negara-negara
timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah
keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan
kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai
profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan
keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam
budaya mereka.
Di Indonesia
mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat
berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan,
kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika
kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan
keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
b. Kristen Protestan dan Katolik
Kaidah dan etika
agama yang berhubungan dengan kesehatan pada prinsipnya memiliki persamaan
walaupun agama yang dijadikan kepercayaan tersebut memiliki perbedaan.Pada
hakikatnya setiap agama akan mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan yang
sama.
Kesehatan merupakan
bagian terpenting dalam hidup manusia. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat
melakukan aktivitasnya dengan optimal. Karena menyadari akan pentingnya
kesehatan, sejak dulu gereja telah secara aktif mengambil bagian dalam
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Dari situ kemudian
muncullah keinginan untuk membentuk suatu forum yang dapat menyatukan langkah
bersama. Setelah melalui tiga pertemuan pimpinan lembaga pelayanan kesehatan
Kristen, pada tahun 1983, terbentuklah Persekutuan Pelayanan Kristen untuk
Kesehatan di Indonesia (PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat ini,
Sekretariat PELKESI berada di RS PGI Cikini, Jakarta.
PELKESI memiliki
visi mewujudkan pelayanan kesehatan di Indonesia yang mendatangkan damai
sejahtera Allah bagi semua orang. Sedangkan misinya, melaksanakan pelayanan
kesehatan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Pelayananan secara holistik
meliputi fisik, sosial, ekonomi dan spiritual.
c. Hindu
Menurut Prof. Dr.
IGN Nala, pakar pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah menyampaikan
bahwa kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan teknik
pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit
ini, menurut Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini
dibuktikan dengan disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini
merupakan bagian dari kelompok kitab Upa Veda.
Sementara kitab
Upa Veda ini sendiri termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni kitab Veda
Smerti. Kitab Ayur Veda, kata Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci Yajur
Veda, salah satu dari kitab suci Catur Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi
dari kitab Ayur Veda hampir tidak ada hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang
mengupas masalah yadnya atau upacara serta upakara keagamaan.
Sementara itu, menurut
Gede Suwindia, dosen STAHN Denpasar, dalam agama Hindu dikenal adanya konsep
keseimbangan. Karena itulah, dalam Upanisad disebutkan bahwa keberadaan
berbagai tanaman yang ada di dunia ini memiliki guna dan fungsi yang sangat
vital bagi manusia. Ada banyak tanaman di muka bumi ini yang memiliki kegunaan
bagi manusia, terutama dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi
manusia untuk menghargai alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.
d. Budha
Buddha Dhamma
berperan besar dalam memecahkan kesulitan para ahli tentang kesehatan mental,
Buddha menunjukkan bahwa setiap orang secara terus-menerus mendengarkan suatu
suara dalam dirinya dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya.
Keseluruhan
terapi Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas
delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini
mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap
teori filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi
(Dhyana) dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki
beberapa kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan
teknik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi
yang merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis, hal yang penting dalam meditasi
adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna
dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang
jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini menjadi sakit dan
sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan
keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya.
Dengan
begitu apabila tubuh ini ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala
bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi yang timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan
bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan karena mempunyai beberapa hal yaitu
: (1). Keserakahan, (2). Harga diri yang terluka, (3). Iri hati, (4).
Kebencian, (5). Kekuatiran (Ruth Walshe, alih bahasa Upi. Ksantidewi).
Tri Ratna adalah
obyek penghormatan tertinggi dalam agama Buddha yang merujuk pada Buddha
(sebagai pendiri agama Buddha), Dhamma (ajaran-ajaran Buddha), dan Sangha
(siswa Buddha yang telah memahami dan mendapatkan manfaat dari ajaran Buddha).
e. Kong Hu Cu
Secara teori
ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme “pencapaian hidup
abadi/bersatu dengan alam semesta”. Inti Konfusianisme/Konghucu : moralisme,
menjaga hubungan antar manusia serta manusia dengan langit.
Kalau ditanya
mengapa ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh saudara Jingkhe
mungkin disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu menjaga
hubungan antar sesama (dengan agama lain) dan dengan langit (Buddha).
Pada abad ke-10
sampai ke-12 masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran adalah satu adanya
maka sering terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1 gambar. Dan klenteng
dianggap sebagai tempat ibadah umat Tridharma tersebut. Agama Khonghucu di
Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi .
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Peran agama dalam
keperawatan sangat berpengaruh, disini agama dijadikan pedoman yang digunakan
perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap klien oleh karena itu
pemahamaan tentamg peranan agama sangat penting dan pendasar dalam memberikan
asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan
dan dihormati. Dengan demikian setiap perawat harus menunjukkan sikap etis professional
yang baik dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil
keputusan ketika merespon sebuah situasi yang sulit.
4.2 Saran
Perawat
diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan, karena
perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran
ajaran agama.
Kami
sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat
memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama
Dalam Keperawatan.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang
baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran
para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
Demikianlah
penjelasan tentang Peranan Agama Dalam Keperawatan, bila kiranya ada
salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bgi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment